Tren Ekspansi Jaringan Apotek di Asia
PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), emiten BUMN farmasi,
akan menggencarkan akuisisi jaringan apotek di sejumlah negera di luar
negeri, antara lain Arab Saudi, Brunai Danurssalam, Kamboja, Timor
Leste, dan Nigeria. Ekspansi ke luar negeri ini dilakukan untuk menambah kontribusi pendapatan serta laba perusahaan.
Untuk jaringan apotek di Arab Saudi, Kimia Farma akan mengakuisisi apotek milik Dwaa Medical Limited. Perseroan sedang menunggu persetujuan dari Kementerian BUMN untuk merealisasikan akuisisi apotek milik Dwaa Medical Limited.
Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir menjelaskan, Dwaa memiliki 30 apotek yang tersebar di Jeddah, Madinah, serta Mekkah. Rencananya, perseroan bakal membeli 60% saham Dwaa dalam apotek tersebut. "Kami harapkan dapat mengantongi pendapatan sekitar Rp100-150 miliar dari akuisisi apotek ini," katanya.
Dia beralasan rencana akuisisi apotek ini menyusul banyaknya jemaah umroh dan haji asal Indonesia serta masyarakat Indonesia yang bermukim di negara-negara tersebut.
Pada 2018, Kimia Farma giat melakukan akuisisi jaringan kosmetik dan memperkuat medical devices. Ada beberapa negara di Asia yang tengah dilanjutkan adalah Brunai Danurssalam, Kamboja, serta Timor Leste.
"Nigeria juga menawarkan kerja sama dengan kita sebab obat di sana belum tentu asli. Namun, kita baru komunikasi dan akan support obat," terangnya.
Direktur Pengembangan Kimia Farma Pujianto menambahkan, dana yang dikeluarkan untuk akuisisi tersebut mencapai Rp 135 miliar. "Kebutuhan dana berasal dari kas internal," tutur Puji.
Pada 2018, Kimia Farma berencana menganggarkan belanja modal sebesar Rp 3,5 triliun. "Kebutuhan dananya akan diperoleh dari pinjaman bank seperti BRI, BNI, Bank Mandiri sekitar 70% dan ekuitas 30%," kata Honesti Basyir.
Menurut dia, belanja modal akan dialokasikan untuk menopang bisnis inti Kimia Farma sekitar 60% dan anorganik 40%. Perseroan akan fokus pada pengembangan anorganik dibandingkan organik. "Tahun 2018, kami fokus pada akuisisi, medical devices, serta menjajaki pasar di Asia dan Afrika," sambungnya.
Untuk anorganik, Kimia Farma mencanangkan pendapatan mencapai Rp2 triliun pada tahun 2018. Sebelumnya, perseroan belum memiliki pendapatan dari bisnis anorganik.
Oleh sebab itu, kinerja perseroan pada 2018 diproyeksikan akan meningkat 15%-20% untuk pendapatan usaha serta laba tumbuh 10%.
Dia menargetkan Kimia Farma dapat masuk jajaran tiga besar di industri farmasi nasional pada 2019. Untuk mendukung capain ini akan dilakukan dengan meningkatkan kompetensi SDM, digitalisasi, dan perkuat kerja sama.
Digitalisasi Apotek
Untuk membangun bisnis yang berkelanjutan, Kimia Farma mengajak PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) untuk memperkuat digitalisasi apotek Kimia Farma. Proses digitalisasi apotek Kimia Farma meliputi penyediaan infrastruktur cloud dan jaringan (network), hardware, serta sistem aplikasi terpadu yang sekaligus terintegrasi dengan sistem Enteprise Resource Planning (ERP) yang sudah diterapkan oleh Kimia Farma sejak Oktober 2016.
"Sistem aplikasi yang disediakan oleh Telkom terdiri dari smart stock, omni channel, customer loyalty, big data analytics, integrasi klinik, program rujuk balik, serta layanan home care," kata Honesti.
Ia menambahkan, langkah ini menyusul tekad Kimia Farma untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi pemain industri farmasi berbasis digital. Untuk menjadi perusahaan healthcare terkemuka sekaligus menjadi pemain industri farmasi global, dia menegaskan Kimia Farma akan menerapkan digitalisasi dari hulu ke hilir terhadap value chain bisnis, yang meliputi produksi sampai dengan retail (apotek). Penerapan teknologi ini akan mempermudah proses bisnis dan meningkatkan customer experience sehingga pelayanan kepada konsumen semakin optimal.
Ke depannya, kerja sama ini diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kedua BUMN, baik di tingkat nasional maupun global sehingga dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.
Sementara Direktur Enterprise & Business Service Telkom Dian Rachmawan menambahkan, langkah ini ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat, serta memperkuat posisi Kimia Farma sebagai pemimpin di industri healthcare di Indonesia.
"Kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan Kimia Farma terhadap Telkom. Dengan kapabilitas ekosistem digital yang dimiliki Telkom, serta didukung infrastruktur telekomunikasi yang menjangkau hingga ke pelosok lndonesia, kami yakin dapat mendorong penerapan ICT atau digitalisasi di Kimia Farma," ujar Dian.(*)
Sumber: klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 147 database, klik di sini
Untuk jaringan apotek di Arab Saudi, Kimia Farma akan mengakuisisi apotek milik Dwaa Medical Limited. Perseroan sedang menunggu persetujuan dari Kementerian BUMN untuk merealisasikan akuisisi apotek milik Dwaa Medical Limited.
Direktur Utama Kimia Farma Honesti Basyir menjelaskan, Dwaa memiliki 30 apotek yang tersebar di Jeddah, Madinah, serta Mekkah. Rencananya, perseroan bakal membeli 60% saham Dwaa dalam apotek tersebut. "Kami harapkan dapat mengantongi pendapatan sekitar Rp100-150 miliar dari akuisisi apotek ini," katanya.
Dia beralasan rencana akuisisi apotek ini menyusul banyaknya jemaah umroh dan haji asal Indonesia serta masyarakat Indonesia yang bermukim di negara-negara tersebut.
Pada 2018, Kimia Farma giat melakukan akuisisi jaringan kosmetik dan memperkuat medical devices. Ada beberapa negara di Asia yang tengah dilanjutkan adalah Brunai Danurssalam, Kamboja, serta Timor Leste.
"Nigeria juga menawarkan kerja sama dengan kita sebab obat di sana belum tentu asli. Namun, kita baru komunikasi dan akan support obat," terangnya.
Direktur Pengembangan Kimia Farma Pujianto menambahkan, dana yang dikeluarkan untuk akuisisi tersebut mencapai Rp 135 miliar. "Kebutuhan dana berasal dari kas internal," tutur Puji.
Pada 2018, Kimia Farma berencana menganggarkan belanja modal sebesar Rp 3,5 triliun. "Kebutuhan dananya akan diperoleh dari pinjaman bank seperti BRI, BNI, Bank Mandiri sekitar 70% dan ekuitas 30%," kata Honesti Basyir.
Menurut dia, belanja modal akan dialokasikan untuk menopang bisnis inti Kimia Farma sekitar 60% dan anorganik 40%. Perseroan akan fokus pada pengembangan anorganik dibandingkan organik. "Tahun 2018, kami fokus pada akuisisi, medical devices, serta menjajaki pasar di Asia dan Afrika," sambungnya.
Untuk anorganik, Kimia Farma mencanangkan pendapatan mencapai Rp2 triliun pada tahun 2018. Sebelumnya, perseroan belum memiliki pendapatan dari bisnis anorganik.
Oleh sebab itu, kinerja perseroan pada 2018 diproyeksikan akan meningkat 15%-20% untuk pendapatan usaha serta laba tumbuh 10%.
Dia menargetkan Kimia Farma dapat masuk jajaran tiga besar di industri farmasi nasional pada 2019. Untuk mendukung capain ini akan dilakukan dengan meningkatkan kompetensi SDM, digitalisasi, dan perkuat kerja sama.
Digitalisasi Apotek
Untuk membangun bisnis yang berkelanjutan, Kimia Farma mengajak PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) untuk memperkuat digitalisasi apotek Kimia Farma. Proses digitalisasi apotek Kimia Farma meliputi penyediaan infrastruktur cloud dan jaringan (network), hardware, serta sistem aplikasi terpadu yang sekaligus terintegrasi dengan sistem Enteprise Resource Planning (ERP) yang sudah diterapkan oleh Kimia Farma sejak Oktober 2016.
"Sistem aplikasi yang disediakan oleh Telkom terdiri dari smart stock, omni channel, customer loyalty, big data analytics, integrasi klinik, program rujuk balik, serta layanan home care," kata Honesti.
Ia menambahkan, langkah ini menyusul tekad Kimia Farma untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi pemain industri farmasi berbasis digital. Untuk menjadi perusahaan healthcare terkemuka sekaligus menjadi pemain industri farmasi global, dia menegaskan Kimia Farma akan menerapkan digitalisasi dari hulu ke hilir terhadap value chain bisnis, yang meliputi produksi sampai dengan retail (apotek). Penerapan teknologi ini akan mempermudah proses bisnis dan meningkatkan customer experience sehingga pelayanan kepada konsumen semakin optimal.
Ke depannya, kerja sama ini diharapkan dapat semakin meningkatkan kualitas produk dan pelayanan kedua BUMN, baik di tingkat nasional maupun global sehingga dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.
Sementara Direktur Enterprise & Business Service Telkom Dian Rachmawan menambahkan, langkah ini ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dan masyarakat, serta memperkuat posisi Kimia Farma sebagai pemimpin di industri healthcare di Indonesia.
"Kami ucapkan terima kasih atas kepercayaan Kimia Farma terhadap Telkom. Dengan kapabilitas ekosistem digital yang dimiliki Telkom, serta didukung infrastruktur telekomunikasi yang menjangkau hingga ke pelosok lndonesia, kami yakin dapat mendorong penerapan ICT atau digitalisasi di Kimia Farma," ujar Dian.(*)
Sumber: klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 147 database, klik di sini
** Butuh 19 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
*** Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
*** Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
**** Butuh copywriter specialist, klik di sini
***** Butuh content provider, klik di sini
Komentar
Posting Komentar