Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Market Research OTC Drugs, Generic Drugs and Herbal Medicines

Gambar
Market Research OTC Drugs, Generic Drugs and Herbal Medicines showing data and a comprehensive outlook regarding all information about the pharmaceutical industry in Indonesia, as well as research and analysis of the OTC market (over the counter / OTC), generic drugs, and herbal remedies. This research review from the trend growth of the pharmaceutical market in Asia Pacific (Asia Pacific healthcare market), the trend growth of the Indonesian pharmaceutical market, the influence BPJS Health, the market trend of generic drugs, market leader generic drugs, market leader counter medicines, and market trends herbal remedies. On page 2 is shown an outline of the Indonesian economy, ranging from GDP growth from 2014 to 2019 (est), the number of middle-class consumers, and industrial consumer goods market in 2030. On page 3, the graphical display of the pharmaceutical market in Asia Pacific from 2011 to 2015. While the pharmaceutical industry market Indonesia 2010-2014, the ratio of h

Inilah Tren Pertumbuhan Penumpang Pesawat

Gambar
Berdasarkan laporan International Air Transport Association (IATA), jumlah penumpang udara di Indonesia diestimasi mencapai 270 juta penumpang pada 2034, atau naik lebih dari 300% dibanding 2014 dengan jumlah sebanyak 90 juta penumpang. Karena itu, Indonesia berpotensi masuk 10 besar pasar penerbangan dunia pada 2020 dan 5 besar dunia pada 2034, menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin. Hal itu seiring dengan tingginya pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia yang menjadi salah satu andalan moda transportasi masyarakat. “Diperkirakan Indonesia akan masuk 10 besar pasar penerbangan dunia pada tahun 2020, bahkan akan menjadi lima besar dunia pada tahun 2034,” ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin pada Konferensi Aviation Maintenance Repair and Overhaul Indonesia (AMROI) ke-4 di Jakarta. Menurut catatan duniaindustri.com , nilai pasar industri penerbangan nasional pada 2015 diperkirakan mencapai Rp 105 triliun, tumbuh 5% dibanding tahun sebelumnya Rp 100 triliun berdasar

Data 5 Perusahaan Tekstil Terbesar di Indonesia

Gambar
Industri tekstil Indonesia menempati urutan kesembilan dunia untuk garmen dan posisi 11 dunia untuk tekstil. Dengan posisi yang strategis tersebut, inilah lima perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, berdasarkan riset duniaindustri.com dari laporan keuangan masing-masing perusahaan. Di urutan pertama, terdapat PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) yang memcatatkan penjualan sebesar US$ 682 juta pada 2015 atau sekitar Rp 8,98 triliun (kurs Rp 13.170/US$). Penjualan emiten produsen tekstil hulu ini pada 2015 turun 11,4% dibanding 2014 sebesar US$ 769,9 juta. Penurunan penjualan juga mempengaruhi laba kotor perusahaan yang melemah, menjadi US$ 62 juta pada 2015 dibanding US$ 73,9 juta pada 2014. Meski demikian, Indorama mampu mengefisienkan beban sehingga mampu membukukan laba bersih sebesar US$ 9,8 juta pada 2015 dibanding rugi bersih sebesar US$ 936 ribu pada 2014. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau lebih dikenal sebagai Sritex menempati urutan kedua, dengan raihan penjuala

Daya Beli Melemah, Pasar Consumer Goods Anjlok

Gambar
Permintaan produk consumer goods per Februari 2016 anjlok 9,6% dibanding periode yang sama tahun lalu, mengindikasikan konsumen masih tetap menahan pembelian. Menurut analisis lembaga riset Kantar Wordpanel Indonesia, volume penjualan consumer goods turun 9,6%, sementara secara nilai anjlok 6,3%, meski harga per unit naik 4%. Pasar produk consumer goods pada 12 minggu hingga akhir Februari 2016 belum mampu bangkit, seiring perlambatan ekonomi nasional yang memukul daya beli konsumen. Pelemahan demand produk consumer goods secara volume menjadi yang terburuk dalam delapan kuartal terakhir, menandakan tekanan berat bagi produsen. Penjualan produk makanan anjlok 15,2% secara volume dan turun 7,9% secara nilai per akhir Februari 2016. Demikian juga produk dairy yang melemah 4,2% secara volume dan turun 4,5% secara nilai. Penjualan produk minuman juga turun 6,3% secara volume, dan anjlok 8% secara nilai. Penjualan produk home care turun 7,1% secara nilai dan anjlok 4,4% secara nil

Mau Tahu Kompetisi Pasar Motor di Kuartal I 2016

Gambar
Merek motor Honda makin perkasa di Indonesia. Bahkan, Honda makin mempecundangi rival-rivalnya. Lihat saja, penjualan motor Honda melesat 21% menjadi 440.171 unit pada Maret 2016, di atas pasar yang hanya 3,1% menjadi 563.341 unit. Tak ayal lagi, pangsa pasar motor Honda melompat dari 69% pada Februari 2016 menjadi 78% pada Maret lalu. Itu artinya, merek lain seperti Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dan TVS cuma kebagian pangsa pasar 22%. Pangsa pasar empat merek itu terus melemah digerus Honda. Penjualan motor Honda terus meningkat lantaran model skutik bulan lalu terjual sebanyak 377.274 unit atau menguasai 82,7% pasar skutik nasional. BeAT eSP menyumbangkan penjualan terbanyak, sebanyak 193.147 unit, diikuti Vario eSP 140.054 unit, Scoopy eSP sebanyak 42.778 unit, Honda Spacy 686 unit, dan Honda PCX 608 unit. Sementara, penjualan motor bebek Honda bulan lalu mencapai 42.399 unit dengan pangsa pasar 73,6% di segmen bebek nasional. Pada segmen ini, Honda Revo series memberikan ko

Mengenal Perusahaan Data dan Riset Terlengkap di Indonesia

Gambar
Berbicara soal data, riset, kajian, analisis, laporan terkait industri, belum lengkap rasanya tanpa menyinggung perusahaan penyedia data dan riset terlengkap di Indonesia. Meski baru berumur sangat muda, perusahaan ini cukup mulai menunjukkan kinerja pertumbuhan yang menggembirakan. Duniaindustri.com memperkenalkan fitur terbaru yakni download database industri aktual . Lebih dari 100 database industri dari berbagai sektor industri manufaktur (tekstil, agro, kimia, makanan-minuman, elektronik, farmasi, otomotif, rokok, semen, perkapalan, dan lainnya), komoditas, pertanian, perkebunan, sumber daya mineral, logistik, infrastruktur, properti, perbankan, reksadana, media, consumer, hingga makro-ekonomi. Duniaindustri.com memberikan diskon paket pembelian data industri 30%-50% dengan menjadi member tahunan. Segera hubungi kami untuk kebutuhan data industri, analisis, riset, kajian, dan market research lainnya. Database industri sangat bermanfaat bagi perusahaan maupun peroran

Laba Bersih Gudang Garam Tumbuh Tertinggi Dibanding Kompetitor

Gambar
Laba bersih PT Gudang Garam Tbk (GGRM) , emiten produsen rokok yang menguasai pangsa pasar terbesar kedua di Indonesia, tumbuh 20% menjadi menjadi Rp6,4 triliun pada 2015. Kenaikan tersebut melampaui peningkatan laba bersih PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar 1,8% menjadi Rp 10,4 triliun dan laba bersih PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) naik 16,7% menjadi Rp 130,90 miliar. Kenaikan laba bersih Gudang Garam ditopang peningkatan pendapatan dan kenaikan harga jual, menurut laporan keuangan perseroan. Meskipun volume produksi rokok turun 2%, pendapatan Gudang Garam tumbuh 8% menjadi Rp 70,3 triliun sepanjang 2015, yang sebagian besar ditentukan oleh kenaikan harga. Pada segmen rokok kretek tangan (SKT), pendapatan Gudang Garam tumbuh 20%, sementara penjualan rokok kretek mesin tumbuh 8%. Laba kotor Gudang Garam tumbuh 16% dengan ditopang oleh turunnya harga cengkeh. Biaya bahan baku turun 3,1% menjadi 19% dari total penjualan dibanding 2014 sebesar 21,3% dari total sales seiring

Indonesia Investment Trend

Gambar
At the end of 2015, there are two important events in the world, especially Southeast Asia regian region. First, the US central bank, the Federal Reserve announced a rate hike for the first time in more than nine years (since 2006). The increase was an important step that signifies the United States eventually move out of the crisis of 2008. Second, the start of the Asean Economic Community . And Indonesia certainly affected from these two events. However, the positive sentiment began to envelop and there are positive indications related to Indonesia’s economic recovery after the slowdown in 2015. Indonesia is Southeast Asia’s largest economy with 252 million people, and GDP growth above 4,7% in 2015* and projected to remain above 5% for the next five years. During the difficult global conditions of 2015, Indonesia’s economy was among the top worldwide performers, due to a number of factors, including strong domestic demand and rich natural resources. Solid macroeconomic fundam