Laba Bersih Gudang Garam Tumbuh Tertinggi Dibanding Kompetitor
Laba bersih PT Gudang Garam Tbk (GGRM), emiten produsen rokok yang menguasai pangsa pasar terbesar kedua di Indonesia, tumbuh 20% menjadi menjadi Rp6,4 triliun pada 2015. Kenaikan tersebut melampaui peningkatan laba bersih PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar 1,8% menjadi Rp 10,4 triliun dan laba bersih PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) naik 16,7% menjadi Rp 130,90 miliar.
Kenaikan laba bersih Gudang Garam ditopang peningkatan pendapatan dan kenaikan harga jual, menurut laporan keuangan perseroan. Meskipun volume produksi rokok turun 2%, pendapatan Gudang Garam tumbuh 8% menjadi Rp 70,3 triliun sepanjang 2015, yang sebagian besar ditentukan oleh kenaikan harga. Pada segmen rokok kretek tangan (SKT), pendapatan Gudang Garam tumbuh 20%, sementara penjualan rokok kretek mesin tumbuh 8%.
Laba kotor Gudang Garam tumbuh 16% dengan ditopang oleh turunnya harga cengkeh. Biaya bahan baku turun 3,1% menjadi 19% dari total penjualan dibanding 2014 sebesar 21,3% dari total sales seiring turunnya harga komoditas. Margin bersih Gudang Garam mencapai 9,1% sepanjang 2015, tumbuh dibanding 2014 sebesar 8,3%.
Sementara itu, HM Sampoerna mencatatkan laba bersih sepanjang 2015 sebesar Rp 10,4 triliun, tumbuh 1,8% dibanding tahun sebelumnya Rp 10,2 triliun. Perusahaan rokok tersebut melaporkan pendapatan bersih (di luar cukai) sebesar Rp 11,6 triliun pada kuartal ke-4 2015, mengalami kenaikan sebesar 11,5% dari Rp 10,4 triliun pada kuartal ke-4 tahun 2014.
Di sepanjang 2015, HM Sampoerna mencatatkan pendapatan bersih (di luar cukai) sebesar Rp 42,1 triliun, mengalami kenaikan sebesar 8,9% dari Rp. 38,7 triliun pada 2014. Pada kuartal ke-4 tahun 2015, perusahaan mencatatkan total laba bersih sebesar Rp 2,8 triliun, naik sebesar 9,6% dari Rp. 2,5 triliun pada kuartal ke-4 tahun 2014.
Paul Janelle, President Director HM Sampoerna, dalam keterangan tertulis menjelaskan pasar rokok Indonesia tidak menunjukkan pertumbuhan volume di 2015, sejalan dengan melambatnya kondisi perekonomian Indonesia. Sampoerna mempertahankan posisi kepemimpinan di pasar rokok Indonesia, dengan peningkatan pangsa pasar sebesar 0,1 poin menjadi 35,0% pada tahun 2015. Kinerja dari portofolio Sigaret Kretek Mesin (SKM), terutama Sampoerna A, Dji Sam Soe Magnum dan Dji Sam Soe Magnum Blue, mengalami peningkatan sepanjang tahun 2015, yang mengimbangi penurunan kinerja dari portofolio Sigaret Kretek Tangan (SKT).
“Kinerja pangsa pasar Sampoerna yang solid pada tahun 2015 menunjukkan kekuatan portofolio merek unggulan perusahaan. Sebagai produsen rokok terbesar di Indonesia, Sampoerna berkomitmen untuk memproduksi dan memasarkan rokok berkualitas tinggi untuk perokok dewasa. Kinerja Perusahaan yang solid di pasar mendukung tujuan penerimaan cukai pemerintah dan berkontribusi terhadap sumber penghidupan komunitas pertanian tembakau dan cengkeh Indonesia, serta ribuan karyawan, grosir dan peritel yang berpartisipasi dalam perdagangan tembakau,” ujar Paul Janelle.(*)
Baca selengkapnya di sini
Kenaikan laba bersih Gudang Garam ditopang peningkatan pendapatan dan kenaikan harga jual, menurut laporan keuangan perseroan. Meskipun volume produksi rokok turun 2%, pendapatan Gudang Garam tumbuh 8% menjadi Rp 70,3 triliun sepanjang 2015, yang sebagian besar ditentukan oleh kenaikan harga. Pada segmen rokok kretek tangan (SKT), pendapatan Gudang Garam tumbuh 20%, sementara penjualan rokok kretek mesin tumbuh 8%.
Laba kotor Gudang Garam tumbuh 16% dengan ditopang oleh turunnya harga cengkeh. Biaya bahan baku turun 3,1% menjadi 19% dari total penjualan dibanding 2014 sebesar 21,3% dari total sales seiring turunnya harga komoditas. Margin bersih Gudang Garam mencapai 9,1% sepanjang 2015, tumbuh dibanding 2014 sebesar 8,3%.
Sementara itu, HM Sampoerna mencatatkan laba bersih sepanjang 2015 sebesar Rp 10,4 triliun, tumbuh 1,8% dibanding tahun sebelumnya Rp 10,2 triliun. Perusahaan rokok tersebut melaporkan pendapatan bersih (di luar cukai) sebesar Rp 11,6 triliun pada kuartal ke-4 2015, mengalami kenaikan sebesar 11,5% dari Rp 10,4 triliun pada kuartal ke-4 tahun 2014.
Di sepanjang 2015, HM Sampoerna mencatatkan pendapatan bersih (di luar cukai) sebesar Rp 42,1 triliun, mengalami kenaikan sebesar 8,9% dari Rp. 38,7 triliun pada 2014. Pada kuartal ke-4 tahun 2015, perusahaan mencatatkan total laba bersih sebesar Rp 2,8 triliun, naik sebesar 9,6% dari Rp. 2,5 triliun pada kuartal ke-4 tahun 2014.
Paul Janelle, President Director HM Sampoerna, dalam keterangan tertulis menjelaskan pasar rokok Indonesia tidak menunjukkan pertumbuhan volume di 2015, sejalan dengan melambatnya kondisi perekonomian Indonesia. Sampoerna mempertahankan posisi kepemimpinan di pasar rokok Indonesia, dengan peningkatan pangsa pasar sebesar 0,1 poin menjadi 35,0% pada tahun 2015. Kinerja dari portofolio Sigaret Kretek Mesin (SKM), terutama Sampoerna A, Dji Sam Soe Magnum dan Dji Sam Soe Magnum Blue, mengalami peningkatan sepanjang tahun 2015, yang mengimbangi penurunan kinerja dari portofolio Sigaret Kretek Tangan (SKT).
“Kinerja pangsa pasar Sampoerna yang solid pada tahun 2015 menunjukkan kekuatan portofolio merek unggulan perusahaan. Sebagai produsen rokok terbesar di Indonesia, Sampoerna berkomitmen untuk memproduksi dan memasarkan rokok berkualitas tinggi untuk perokok dewasa. Kinerja Perusahaan yang solid di pasar mendukung tujuan penerimaan cukai pemerintah dan berkontribusi terhadap sumber penghidupan komunitas pertanian tembakau dan cengkeh Indonesia, serta ribuan karyawan, grosir dan peritel yang berpartisipasi dalam perdagangan tembakau,” ujar Paul Janelle.(*)
Baca selengkapnya di sini
Komentar
Posting Komentar