Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Dunia Masuki Era Disruption, Perlu Strategi Inovasi dan Terobosan Baru

Gambar
Dunia memasuki era disruptions , di mana tatanan konvensional terlibas dan hancur, serta ketidakpastian. Hanya orang-orang dengan inovasi dan terobosan ‘gila’ saja yang mampu bertahan. Fenomena baru di dunia meliputi empat unsur yang disingkat VUCA. Apa empat unsur tersebut, berikut penjelasannya: pertama, Volatility (Keriangan) di mana terjadi perubahan dinamis dari yang natural, Uncertainly (Ketidakpastian), Complexity yaitu kekuatan dari luar yang akan meruntuhkan kita, tapi kita tak bisa melawan, dan Ambiguity, yaitu modernitas, khususnya untuk tekonologi. Jika digabungkan, itulah masa disruptions. Karena itu, setiap perusahaan baik itu skala besar, menengah, dan kecil harus berubah. Karena sekarang, pesaing bisa berasal dari perusahaan start up . Dunia sudah semakin tak menentu, maka kita perlu terobosan-terobosan yang “gila” supaya bisa mendongkrak perusahaan kita. Caranya, lebih tangkas, inovasi digalakkan, dan yang terpenting adalah ide “gila”. Perusahaan haru

Kisruh Obat-Obat Bermasalah yang Ditarik izin Edarnya

Gambar
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)  membekukan izin edar obat-obat yang mengandung policresulen dalam bentuk sediaan  cairan obat  luar konsentrat, termasuk Albothyl dan tiga produk lainnya. Cairan antiseptik yang diduga mengandung policresulen dapat mengakibatkan  chemical burn  pada mukosa oral (kulit bagain mulut), jika penggunaannya tidak diencerkan terlebih dahulu. "BPOM RI membekukan  izin edar Albothyl  dalam bentuk cairan obat luar konsentrat hingga perbaikan indikasi yang diajukan disetujui. Untuk produk sejenis akan diberlakukan hal yang sama," tulis BPOM dalam keterangan resminya, Kamis (15/2/2018). Keempat produk, termasuk Albothyl, harus sudah ditarik dari peredaran selambat-lambatnya satu bulan sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Pembekuan Izin Edar. Masyarakat diminta beralih ke obat lain yang mengandung benzydamine HCl, povidone iodine 1 persen, atau kombinasi dequalinium chloride dan vitamin C. Dikutip dari lampiran penjelasan resmi BPOM,

Kolaborasi dengan Gojek, Astra Kembangkan Ekosistem Otomotif Digital

Gambar
Setelah masuknya Google dan Temasek, kini giliran grup raksasa domestik seperti  Astra Group dan Grup Djarum  yang menginjeksi modal kepada Gojek, perusahaan  unicorn ride sharing  berbasis di Indonesia. Tambahan injeksi modal ini akan digunakan Gojek untuk memperluas  penetrasi pasar  hingga ke Papua. PT Astra International Tbk (ASII) melakukan suntikan dana sebesar US$ 150 juta atau setara Rp 2 triliun untuk Gojek. Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto mengatakan ini investasi terbesar Astra di  bidang digital . Prijono mengharapkan investasi ini akan mendorong era digitalisasi di Astra International. Dengan langkah bisnis ini, pihaknya percaya investasi tersebut sangat menarik meski tidak akan instan. “Gojek baru tujuh tahun. Tidak ada juga investasi sekejap. Yang penting kami percaya ini menjadi investasi jangka panjang dan memberi nilai tambah bagi kedua belah pihak,” ungkap Prijono. Saat ini pengemudi Gojek yang terdaftar mencapai satu juta orang dengan lebih dari 125