Mengupas Rekam Jejak Perkebunan Sawit dalam 19 Database Historis
Industri
 perkebunan kelapa sawit Indonesia memiliki peranan penting di dunia 
mengingat negeri ini merupakan produsen dan eksportir minyak sawit 
mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia. Untuk mengetahui 
seluk-beluk industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia, duniaindustri.com menghimpun sedikitnya 19 riset dan data industri perkebunan kelapa sawit.
Mari simak ulasannya di bawah ini:
1) Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas)
2) Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani)
2) Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani)
Berikut ini uraian singkat dari masing-masing data di atas:
1) Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas) ini dirilis minggu ketiga Juni 2018, menampilkan data komprehensif, tren pasar, laporan terbaru, data pemetaan perprovinsi, dan informasi teraktual terkait lahan kelapa sawit beserta produksi dan ekspor komoditas tersebut di Indonesia. Data komprehensif ini dibuat sebagai acuan (benchmark) bagi industriawan yang terkait dengan industri perkebunan kelapa sawit dan turunannya beserta stakeholders lainnya.
Data Sebaran Luas Kebun Kelapa Sawit Per Provinsi (Top 20 Provinsi dengan Lahan Sawit Terluas) ini
 dimulai dengan menampilkan highlight dan outlook perekonomian 
Indonesia. Pada 2016 dan 2017, perekonomian Indonesia mampu bertumbuh 
positif di tengah tantangan perlambatan ekonomi global (halaman 2 dan 
3).
Proyeksi
 ekonomi dan perdagangan global pada 2018 diringkas dalam infografis 
yang menarik pada halaman 4. Pada halaman 5 sampai 7, diulas proyeksi 
pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi di Indonesia meliputi industri 
pengolahan, konstruksi, perdagangan, informatika dan telekomunikasi, 
jasa keuangan, pertanian, transportasi, pertambangan, listrik, minyak 
dan gas. Juga dilengkapi dengan katalis masing-masing sektor. 
Masuk ke fokus pembahasan, pada halaman 8 ditampilkan data pemetaan luas
 lahan perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia periode 2017, 
dalam bentuk grafis yang menarik. Pada halaman 9 ditampilkan detail luas
 lahan perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia dalam bentuk 
tabel. Pada halaman 10, ditampilkan data top 20 provinsi dengan luas 
lahan perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Diharapkan dengan 
data ini, pelaku industri sawit dan stakeholders terkait dapat 
mencermati tren terbaru.
Sebagai
 komparasi, pada halaman 11 ditampilkan data pemetaan luas lahan 
perkebunan kelapa sawit per provinsi di Indonesia periode 2014. 
Kemudian, distribusi kepemilikan lahan sawit serta tren luas lahan sawit
 di Indonesia periode 2009-2015 dipaparkan dalam data grafis pada 
halaman 12. Disusul pembahasan tentang produktivitas CPO Indonesia yang 
dijelaskan dalam tren produksi berdasarkan kepemilikan lahan serta tren 
pertumbuhannya periode 2009-2015 pada halaman 13. 
Selanjutnya,
 perbandingan lahan yang ditanami dengan output CPO berdasarkan 
kepemilikan lahan ditampilkan dalam data pada halaman 14. Beralih ke 
data produksi, konsumsi, dan ekspor, pada halaman 15 ditampilkan data 
outlook dan proyeksi produksi, konsumsi, dan ekspor CPO Indonesia 
periode 2010-2025. Selanjutnya, pada halaman 16, ditampilkan data tabel 
pie chart berisi top 11 negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia periode
 2017. 
Tak ketinggalan, profil industri perkebunan
 kelapa sawit di Indonesia dijabarkan pada halaman 17, antara lain 
berisi pendapatan devisa ekspor, jumlah tenaga kerja, serta jumlah 
petani kecil sawit. Mata rantai (supply chain) industri kelapa sawit 
ditampilkan pada halaman 18 sampai 20, memaparkan jumlah industri hulu, 
jumlah UKM pemasok barang dan jasa, jumlah industri pendukung (pupuk, 
pestisida, alat dan mesin), serta jumlah industri hilir (minyak goreng, 
shortening, detergen, sabun, oleokimia, biodiesel).
Khusus
 terkait pasar ekspor, pada halaman 21 sampai 25, ditampilkan data tren 
impor CPO oleh Uni Eropa dan komposisi negara eksportir CPO ke Uni 
Eropa. Disusul kemudian dengan target pengembangan industri kelapa sawit
 di Indonesia pada 2030 (halaman 26), bagan pengembangan dari upstream, 
onfarm, downstream, serta penyedia jasa.
Pada data komprehensif kali ini, duniaindustri.com ingin
 menampilkan data spesifik yang lebih mendalam. Pada halaman 28 sampai 
34, ditampikan data grafis gurita bisnis perusahaan-perusahaan sawit 
Malaysia di Indonesia, sayap bisnis dua korporasi terbesar asal Malaysia
 yang berlokasi di kebun sawit di Indonesia, luas lahan sawit dari 9 
perusahaan Malaysia di Indonesia, serta porsi ekspor minyak sawit 
Indonesia berdasarkan grup usaha dan korporasi negara asal.
Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani) ini dimulai dengan menampilkan executive summary. Dalam executive summary dipaparkan terkait isu Eropa yang menjadi hangat di kalangan pelaku usaha kelapa sawit karena masifnya kampanye negatif dan rencana pembatasan penggunaan minyak sawit, yang diduga sebagai ekses dari persaingan minyak nabati global. Dalam bagian pertama (halaman 2 sampai 16), ditampilkan perkembangan pandangan Eropa terhadap bisnis kelapa sawit di Indonesia.
Pada halaman 3, ditampilkan kerangka pemikiran yang berkembang di Eropa, dari mulai isu lingkungan dan deforestasi, tren perdagangan kelapa sawit di Eropa, standar bagi petani kelapa sawit, serta suistanable development goals (SDG). Pada halaman 4, ditampilkan data tabel terkait produksi kelapa sawit di Indonesia, demand (konsumsi), ekspor, dan keseimbangannya pada periode 2010 sampai 2015, 2020, dan 2025. Angka produksi dan ekspor diestimasikan tumbuh dua kali lipat dalam 15 tahun tersebut, ditopang kenaikan tajam ekspor.
Pada halaman 5, ditampilkan data tabel terkait pergerakan nilai perdagangan kelapa sawit ke Eropa, khususnya untuk kelapa sawit untuk pangan dan industri, periode 2008 sampai 2017. Tarif impor di Eropa cenderung sangat rendah dan tidak terdapat hambatan nontarif.
Selanjutnya, Pada halaman 6, disajikan data proyeksi konsumsi minyak nabati (vegetable oil) dunia untuk periode 2015-2050, yang pertumbuhannya diekspektasi berkisar 2%-3% per tahun. Dari data tersebut, di-breakdown berdasarkan pasar utamanya yakni India, Eropa, China, dan Pakistan. Data tersebut didukung dengan data perbandingan luasan lahan, produksi, serta produktivitas 4 minyak nabati utama, yakni soybean, sunflower, rapeseed, dan kelapa sawit (palm oil).
Pada halaman 7, ditampilkan grafis tentang luas lahan kelapa sawit di Indonesia sejak 1978-2017, lengkap dengan komposisi milik petani, BUMN, dan swasta. Data ini juga didukung dengan tren pergerakan CPO yield sejak 2005-2015 untuk perusahaan swasta dan petani sawit.
Berikutnya, pada halaman 8 sampai 12, dipaparkan perkembangan terbaru di pasar Eropa, antara lain inisiatif Parlemen Eropa untuk mengecualikan biofuels berbasis sawit dalam program energi terbarukan, penghentian bea masuk anti dumping, serta pelacakan kelapa sawit dengan standar keberlanjutan. Pada halaman 13 ditampilkan infografis terkait pemetaan hutan dan lahan lainnya di Indonesia dalam konteks bebas deforestasi. Pada halaman 14 sampai 17, disajikan data-data konversi lahan di Indonesia periode 2000-2015, konflik yang terjadi, dan hal lainnya.
Masuk ke pembahasan selanjutnya, pada halaman 18 hingga 30, dipaparkan tentang sejumlah kajian yang dilakukan Komisi Eropa terkait isu lingkungan, deforestasi, dan peran petani sawit di Indonesia. Juga diulas secara mendalam terkait perbandingan 4 sertifikat utama di kelapa sawit yakni ISCC (International Sustainability Carbon Certification), RSPO, ISPO, dan MSPO. Pada halaman 30, disajikan data tabel terkait peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor kelapa sawit di Indonesia periode 2000-2015 untuk segmen pemilik lahan dari petani, BUMN, dan swasta. Pada halaman 31, ditampilkan data perbandingan pendapatan sebelum dan sesudah perkembangan perkebunan kelapa sawit, menyesuaikan dengan studi high carbon stock.
Selanjutnya, pada halaman 31 ditampilkan data perubahan pendapatan dari perkebunan kelapa sawit di 3 kawasan, yakni Indonesia, Malaysia, dan Afrika Barat. Pada halaman 34, ditampilkan tren perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak terpengaruh harga di pasar internasional periode 1988-2014. Sementara di halaman 35-37, ditampilkan data perbandingan kebutuhan lahan dari 4 jenis minyak nabati utama.
Pada halaman 38 hingga 48, diulas tentang profil industri kelapa sawit di Indonesia, nilai ekspor, jumlah tenaga kerja, komposisi petani skala besar dan skala kecil serta program energi terbarukan. Juga ditampilkan infografis pemetaan lahan petani kecil sawit di sejumlah wilayah di Indonesia, komposisi lahan, peran petani kecil dalam ekspansi lahan, profil petani kecil sawit, program peremajaan lahan, serta target program replanting per daerah periode 2017-2022.
Data Produksi, Konsumsi, dan Ekspor Kelapa Sawit 2010-2025 (Overview Kebijakan Eropa dan Peran Petani) ini berisi sebanyak 48 halaman berukuran 10,3 MB, berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta asosiasi industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Komisi Uni Eropa, FAO, diolah duniaindustri.com. Data ini disajikan 95% dalam bahasa Inggris dan hanya 5% dalam bahasa Indonesia.
Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
3) Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini dirilis pada awal Januari 2017 menampilkan data, analisis, dan outlook industri
 perkebunan kelapa sawit Indonesia, dari mulai tren produksi, tren 
ekspor, perkembangan luas lahan, tren produktivitas, mata rantai 
industri kelapa sawit, dan lainnya.
Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) ini
 dimulai dengan menampilkan tren produksi minyak sawit mentah (crude 
palm oil/CPO) Indonesia periode 2009-2017F beserta komposisi produksi 
rakyat, BUMN, dan swasta pada halaman 2. Data tersebut diperkuat dengan 
komparasi produksi dan ekspor CPO Indonesia periode 2008-2018 dengan 
skenario optimis pada halaman 3.
Pada
 halaman 4, dipaparkan analisis singkat tentang proyeksi produksi CPO 
Indonesia 2017, faktor-faktor yang mempengaruhi yakni tren ekspor dan 
mandatori biodiesel, serta estimasi harga per ton. Pada halaman 5, 
ditampilkan tren mandatori bioethanol dan biodiesel periode 2013-2025 
menurut regulasi terkini, dilengkapi dengan alur proses biodiesel pada halaman 6, serta analisis penyerapan biodiesel pada 2016.
Masih
 terkait biodiesel berbasis kelapa sawit, pada halaman 8-9 ditampilkan 
tren kapasitas produksi biodiesel, konsumsi domestik, dan ekspor periode
 2015-2017, serta estimasi peralihan impor diesel dengan biodiesel 
berbasis kelapa sawit hingga 2025.
Berlanjut
 ke halaman 10, ditampilkan luas lahan kelapa sawit di Indonesia periode
 2009-2017F, berdasarkan komposisi BUMN, rakyat, dan swasta. Riau, 
Sumatera Utara, dan Kalimantan menjadi provinsi dengan lahan sawit 
terluas di halaman 11. Data tersebut diperkuat dengan tren komposisi 
penguasaan lahan kelapa sawit di Indonesia pada halaman 12. Kemudian, 
produktivitas CPO Indonesia ditampilkan berdasarkan kepemilikan lahan 
pada halaman 13.
Pada
 halaman 14 dijabarkan tren volume ekspor dan nilai ekspor CPO pada 
periode 2009-2017F. Dilanjutkan dengan tren produksi inti sawit di 
Indonesia periode 1986-2014, berdasarkan komposisi kepemilikan lahan 
pada halaman 15. Mata rantai industri sawit yang menaungi 2 juta unit 
usaha perkebunan keluarga, 1.320 perusahaan perkebunan, 74 industri minyak goreng, 37 industri oleokimia, dan lainnya ditampilkan pada halaman 16.
Selain
 itu, target pengembangan industri CP0 Indonesia hingga 2030 serta tren 
perkembangan industri sawit modern dijabarkan pada halaman 17-18. 
Dilanjutkan dengan pemetaan kawasan khusus industri kelapa sawit di 
Indonesia pada halaman 19.
Pada
 halaman 20-21, dijabarkan sejarah perkembangan industri CPO Indonesia 
menjadi produsen terbesar di Indonesia, dilengkapi tren investasi pada 
halaman 22-23, tren produktivitas berdasarkan luas lahan pada halaman 
24, serta tren peningkatan nilai tambah pada halaman 25. Pada halaman 
26-27 dijelaskan masing-masing asosiasi industri yang menaungi industri 
ini dari hulu-hilir.
Pada
 halaman 28 ditampilkan tren produksi oleokimia periode 2004-2015, 
disusul tren produksi pengolahan CPO, fractionation, modification pada 
halaman 29, profil produksi biodiesel pada halaman 30, dan profil 
industri CPO hulu-hilir pada halaman 31.
Kemudian,
 pada halaman 32-45 ditampilkan analisis pasar ekspor CPO Indonesia di 
Amerika Serikat, mulai dari perkembangan pangsa pasar CPO Indonesia di 
pasar AS, perbandingan dengan pangsa pasar CPO Malaysia, tren volume 
impor minyak nabati AS periode 2010-2014, perkembangan pangsa volume 
impor empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan 
harga empat jenis minyak nabati di AS periode 2010-2014, perkembangan 
nilai impor 15 komoditas minyak nabati di pasar AS, hingga regulasi 
tarif bea masuk minyak nabati di pasar AS.
Selain pasar AS, riset ini juga
 menampilkan analisis pasar minyak nabati China. Pada halaman 46-53 
ditampilkan analisis dan tren pasar minyak nabati China dari mulai, tren
 impor soybean China periode 1992-2013, tren impor soybean di Taiwan, 
China daratan, dan Taiwan daratan periode 1965-2013, tren impor minyak 
sawit China periode 1996-2013, hingga pangsa pasar CPO Indonesia di 
China periode 2002-2013.
Riset Tren Produksi Kelapa Sawit 2009-2017 (Analisis Pasar Ekspor CPO) sebanyak
 54 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di 
Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait (Kementerian Pertanian, 
Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian), serta asosiasi 
industri, seperti Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), 
Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), serta perusahaan 
China, diolah duniaindustri.com. Indeks database industri merupakan fitur terbaru di duniaindustri.com yang
 menampilkan puluhan data pilihan sesuai kebutuhan users. Seluruh data 
disajikan dalam bentuk pdf sehingga mudah didownload setelah users 
melakukan proses sesuai prosedur, yakni klik beli (purchase), klik 
checkout, dan isi form. Duniaindustri.com mengutamakan keabsahan dan validitas sumber data yang disajikan. Terima kasih atas kepercayaan Anda kepada duniaindustri.com.(*)
4) Riset Eksklusif dan Data Industri Minyak Goreng Sawit 2005-2015 ini
 menampilkan riset eksklusif, data, analisis, dan outlook industri 
minyak goreng sawit di Indonesia, dari mulai tren produksi, tren 
investasi, peningkatan kapasitas produksi, para pemain besar, persebaran
 lokasi pabrik, tren market leader (pemimpin pasar berdasarkan merek dan
 berdasarkan kapasitas produksi), serta berbagai informasi lain seperti 
regulasi dan target 2030.
Di
 halaman 7 dipaparkan dalam chart tentang peta penyebaran pabrik minyak 
goreng di Indonesia. Sumatera Utara menjadi daerah dengan populasi 
pabrik minyak goreng terbesar di Indonesia, mencakup 30,46% dari total 
jumlah pabrik minyak goreng di negeri ini. Disusul Riau dengan 24,83%.
Pada
 halaman 8, dipaparkan tren produksi minyak sawit goreng yang tumbuh 80%
 dari 2011 ke 2014. Data tersebut dilengkapi dengan tren investasi, tren
 pertumbuhan produksi, konsumsi, serta ekspor minyak goreng sawit 
periode 2011-2017 (estimasi) pada halaman (9-10).
Duniaindustri.com membuat riset eksklusifterkait
 pangsa pasar produsen minyak goreng sawit berdasarkan kapasitas 
terpasang untuk periode 2013 dan 2015, lengkap dengan masing-masing 
kapasitas 5 pemain terbesar (halaman 11-13). Sementara pada halaman 
14-15, duniaindustri.com membuat riset eksklusif terkait tren perubahan 
pangsa pasar merek minyak goreng periode 2005-2015.(*)
5) Riset Tren Produksi Oleokimia dan Biodiesel 2011-2017 ini
 menampilkan data, analisis, dan outlook industri oleokimia (fatty acid,
 fatty alcohol, minyak goreng) serta biodiesel di Indonesia, dari mulai 
tren produksi, tren investasi, peningkatan kapasitas produksi, para 
pemain besar, persebaran lokasi pabrik, tren ekspor, impor, serapan 
tenaga kerja, serta berbagai informasi lain seperti regulasi dan target 
 2030.
Riset
 ini dimulai dengan tren kenaikan kapasitas produksi yang signifikan 
pada empat industri, yakni refinery (fraksionasi) atau minyak goreng, 
fatty acid, fatty alcohol, dan methyl ester (biodiesel). (halaman 2)
Pada
 2014 dan 2015 terjadi peningkatan investasi yang signifikan di industri
 oleokimia dan biodiesel hingga Rp 24 triliun yang mendorong kapasitas 
produksi nasional tumbuh rata-rata 55% (minyak goreng 80%, fatty acid 
47%, fatty alcohol 85%, dan methyl ester atau biodiesel 66%). 
Duniaindustri.com secara eksklusif membuat riset tren produksi stearic 
acid, glycerine, fatty acid, dan fatty alcohol dari 1995-2016. (halaman 
3)
Data
 tersebut kemudian dianalisis lebih mendalam pada halaman 4. Demikian 
juga pada halaman 5 dibuat riset khusus terkait tren produksi biodiesel 
di Indonesia periode 2011-2016.
Untuk memperkuat riset tersebut, duniaindustri.com menampilkan
 persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di Indonesia, terutama
 untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk akhir. Fokus 
persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera Utara. Total 
kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 juta ton per 
tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas  dengan 
kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per tahun, PT
 Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan peta 
lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.(*)
6) Data Outlook Industri Oleokimia dan Biodiesel 2015-2016 ini
 menampilkan persebaran kapasitas produksi industri oleokimia di 
Indonesia, terutama untuk produksi fatty acid, fatty alcohol, dan produk
 akhir. Fokus persebaran industri oleokimia didominasi di Sumatera 
Utara. Total kapasitas industri oleokimia di Indonesia mencapai 1,599 
juta ton per tahun. Terdapat 9 pemain besar di antaranya PT Musim Mas  
dengan kapasitas 450 ribu ton per tahun, PT Ecogreen 419 ribu ton per 
tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia 132 ribu ton per tahun, lengkap dengan
 peta lokasi masing-masing pabrik perusahaan tersebut.
Data ini
 juga menjabarkan peta persebaran industri biodiesel Indonesia periode 
2014-2016. Pada 2014, total kapasitas industri biodiesel di Indonesia 
mencapai 4,99 juta ton atau setara 5,67 juta kiloliter, dengan perincian
 Riau dan Kepri 2,61 juta ton, Jawa Bagian Timur 1,57 juta ton, Jawa 
Bagian Barat 364 ribu ton, dan daerah lain-lain 233 ribu ton. Terdapat 
17 pemain skala besar di antaranya PT Wilmar Bioenergy Indonesia di Riau
 dengan kapasitas 1,3 juta ton per tahun, PT Musim Mas di Medan dengan 
kapasitas 235 ribu ton per tahun, PT Eterindo Whanatama Gresik dengan 
kapasitas 80 ribu ton per tahun, PT Wilmar Nabati Indonesia di Gresik 
(1,3 juta ton per tahun), PT Sumi Asih Oleochem di Bekasi (100 ribu ton 
 per tahun), PT Darmex Biofuels di Cikarang (150 ribu ton per tahun), 
dan lainnya, lengkap dengan peta lokasi masing-masing pabrik.
Pada
 2015, terjadi penambahan kapasitas biodiesel sebesar 2,32 juta ton per 
tahun sehingga total kapasitas nasional naik menjadi 7,32 juta ton. 
Terdapat 11 pemain skala besar yang melakukan penambahan kapasitas pada 
2015 antara lain PT Oleokimia Sejahtera Mas di Dumai dengan kapasitas 
500 ribu ton per tahun, PT Darmex Biofuels di Dumai sebesar 410.500 ribu
 ton per tahun, PT Indo Biofuels Energy di Kalbar (100 ribu ton/tahun), 
PT Permata Hijau Palm Oleo di Medan (140 ribu ton/tahun), PT Nusa Energy
 di Kaltim (100 ribu ton/tahun), PT Bits Energy di Kaltim (100 ribu 
ton/tahun), PT Multi Biofuel Indonesia di Sulut (160 ribu ton/tahun). 
(*)
7) Outlook Industri CPO 2016 menampilkan
 proyeksi produksi CPO Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia pada
 2016. Produksi CPO Indonesia pada 2016 diestimasi mencapai 35 juta ton,
 tumbuh 9,3% dibanding proyeksi tahun ini 32 juta ton, menurut data 
United State Department of Agriculture (USDA). Kenaikan tersebut akan 
mendorong peningkatan produksi CPO global sebesar 5,96% menjadi 65,1 
juta ton pada 2016 dibanding proyeksi tahun ini 61,44 juta ton.
Dengan
 demikian, produksi CPO Indonesia tahun depan diperkirakan menyumbang 
53,7% dari total produksi CPO global. Sementara Malaysia, produsen CPO 
terbesar kedua setelah Indonesia, diperkirakan memproduksi CPO sebanyak 
21 juta ton pada 2016, dengan kontribusi 32,25% terhadap pasar global.
Selain
 itu, ditampilkan data proyeksi harga CPO dunia pada 2016, pengaruh 
El-Nino dan sentimen program biodiesel. Serta, dampaknya terhadap 
perkembangan ekspor dan tren permintaan global.
Juga
 ditampilkan cakupan lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dengan 
komposisi provinsi terbesar berdasarkan kebun sawit. Luas lahan kebun 
kelapa sawit di Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai 11,4 juta 
hektare, dengan komposisi 5,9 juta hektare lahan swasta, 4,7 juta 
hektare lahan rakyat, dan 0,8 juta hektare lahan BUMN.
Di
 sisi lain, ditampilkan juga tren investasi di sektor hulu dan sektor 
hilir industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia dalam lima tahun 
terakhir, insentif investasi yang disiapkan pemerintah, serta proyeksi 
tren ke depan. Tidak ketinggalan, dipaparkan kawasan industri khusus 
industri kelapa sawit yang sedang dibangun pemerintah, target 2030, dan 
tren mata rantai industri sawit modern.
Data sebanyak
 21 halaman ini berasal dari berbagai sumber antara lain regulator di 
Indonesia, BPS, BKPM, kementerian terkait, serta asosiasi industri, 
diolah duniaindustri.com.(*)
8) Data Investasi, Insentif, serta Kawasan Ekonomi Khusus Perkebunan Sawit 2010-2015 ini
 menampilkan realisasi investasi perkebunan kelapa sawit di Indonesia 
2010-2015, baik PMA maupun PMDN, tren yang terjadi, serta dampaknya 
terhadap produksi CPO nasional. Selain itu, dijabarkan insentif dan 
posisi investasi perkebunan sawit dalam prioritas pemerintah.
Rata-rata
 pertumbuhan realisasi PMA industri minyak sawit dalam 5 (lima) tahun 
terakhir sebesar 140%, sedangkan perkebunan kelapa sawit sebesar 15%. 
Rata-rata pertumbuhan realisasi PMDN industri minyak sawit dalam 5 
(lima) tahun terakhir sebesar 145%, sedangkan perkebunan kelapa sawit 
sebesar 1,3%.
Untuk
 menopang pertumbuhan investasi, pemerintah akan membangun 8 kawasan 
ekonomi khusus di industri pengolahan kelapa sawit. Delapan KEK itu 
tersebut di Maloy Batuta (557,34 hektare), Palu, Bitung, Morotai, Sei 
Mangkei, Tanjung Lesung, dan Mandalika. Serta diulas bagaimana upaya 
pemerintah untuk menyederhanakan perizinan di sektor perkebunan kelapa 
sawit.
Data berjumlah
 12 halaman ini berguna bagi investor, pemodal kelapa sawit, marketing, 
peneliti dan periset, akademisi, praktisi, dan regulator. Data ini 
berasal dari asosiasi industri, BKPM, BPS, dan diolah duniaindustri.com.
 (*)
9) Data Luas Lahan Sawit, Produksi, serta Ekspor CPO 2009-2015 ini
 menampilkan luas lahan perkebunan sawit tahun 2014 sebesar 10,9 juta 
hektare. Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan merupakan provinsi dengan 
lahan sawit terluas. Sekitar 51,6% dari 10,9 juta hektar lahan sawit di 
Indonesia dimiliki oleh perusahaan perkebunan swasta (besar), dan 41.5% 
dimiliki oleh perkebunan rakyat.
Produktivitas
 CPO perkebunan rakyat dan BUMN menunjukkan tren penurunan dari tahun 
2009-2014, sementara perusahaan perkebunan swasta justru meningkat. 
Produktivitas CPO perkebunan rakyat juga 20% lebih rendah dibandingkan 
perusahaan swasta.
Produktivitas
 CPO rakyat pada tahun 2014 hanya sebesar 2,3 ton/ha, atau 20% di bawah 
produktivitas CPO perusahaan perkebunan swasta. Dengan asumsi harga CPO 
sebesar US$ 550/ton, peningkatan produktivitas CPO rakyat dari 2,3 
ton/ha menjadi 2,9 ton/ha akan memberikan tambahan kesejahteraan sebesar
 US$ 1 milyar kepada seluruh petani.
Selain
 itu, data ini menampilkan kondisi perekonomian Indonesia 2015, mata 
utang rupiah yang melemah terhadap dolar AS, posisi utang luar negeri 
Indonesia, perbedaan krisis ekonomi 1997 dengan kondisi saat ini. Data 
ini diperoleh dari sumber terkemuka, regulator, BPS, diolah duniaindustri.com. (*)
10) Data Hilirisasi Industri Sawit, dari Regulasi hingga Persebaran Investasi ini
 menampilkan luas area kebun sawit di Indonesia 2011-2015, produksi CPO 
nasional 2011-2015, serta produktivitas kebun rakyat. Selain itu, 
ditampilkan juga pohon industri pengolahan CPO, baik yang sudah 
diproduksi di Indonesia maupun belum diproduksi. Juga dipaparkan 
peningkatan nilai tambah dari CPO, CPKO, minyak goreng, margarine, 
biodiesel FAME, confectionaries, fatty acid, fatty alcohol, surfaktan, 
kosmetik. Serta dijelaskan skema pemberian insentif investasi di sektor 
ini, seperti tax allowance, tax holiday, pembebasan bea masuk mesin, 
restrukturisasi bea keluar, dan lainnya. Dampak dari program hilirisasi;
 ragam Produk Hilir pada Tahun 2011 hanya 54 Jenis, berkembang menjadi 
149 jenis pada awal tahun 2014 dan diperkirakan meningkat menjadi 169 
jenis pada Tahun 2015. Juga ditampilkan persebaran investasi di industri
 oleokimia (masing-masing perusahaan dan kapasitasnya), industri 
biodiesel, serta proyeksi tambahan kapasitas biodiesel hingga 2015.
Sebaran
 investasi industri oleokimia antara lain PT Musim Mas, PT Soci Mas, PT 
Domba Mas, PT Flora Sawita, PT Sumi Asih, PT Ecogreen, PT Wilmar Nabati.
 Sementara sebaran investasi industri biodiesel antara lain PT Darmex 
Biofuels, PT Nusa Energy, PT Indo Biofuels Energy, PT Bits Energy, PT 
Multi Biofuels, PT Permata Hijau Palm Oleo, PT Oleokimia Sejahtera Mas, 
dan PT Wilmar Bioenergy Indonesia. Data berjumlah 18 halaman ini berasal
 dari Kementerian Perindustrian, Asosiasi Produsen Biodiesel Indonesia, 
Asosiasi Produsen Oleokimia, Gapki serta sejumlah produsen CPO terbesar 
di Indonesia. (*)
11) Data Perkebunan Sawit dan Produsen Hilir Terbesar Dunia ini
 menampilkan sejak 2012 Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah 
(crude palm oil/CPO) terbesar dunia dan ditargetkan pada 2030 Indonesia 
menjadi produsen terbesar dunia untuk oleofood, bio-oleokimia, 
bio-energi, bio-lubricant, bio-surfactant, bio-detergent. Juga, 
ditampilkan tren data produksi CPO Indonesia sejak 1980-2012/2013, 
dengan dukungan jumlah perusahaan perkebunan sawit mencapai 1.320 
perusahaan, 74 industri minyak goreng, 46 industri margarin shortening, 
44 industri detergen dan sabun, 37 industri oleokimia, dan 20 industri 
biodiesel. Dengan devisa ekspor yang besar mencapai US$ 21,3 miliar pada
 2012, penerimaan negara dari bea keluar juga terus meningkat menjadi Rp
 79,4 triliun di 2012. Pangsa pasar CPO Indonesia di dunia juga terus 
naik dari 22% pada 1990, menjadi 30% pada 2000, dan 48% pada 2010. 
Selain itu, dipaparkan data perbandingan produktivitas minyak nabati di 
dunia dengan keunggulan CPO sebesar 4,27 ton/hektare. Data sebanyak 38 
halaman ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia 
(Gapki) dan diolah duniaindustri.com. (*)
12) Data Outlook Pasar Minyak Nabati China ini
 menampilkan impor soybean China terus meningkat dari 10.000 ribu ton 
pada 1996 menjadi 65.000 ribu ton pada 2013/2014. China mulai defisit 
soybean sejak 2003 karena produksi domestiknya tidak mencukupi 
kebutuhan. Impor soybean China terus meningkat seperti kereta yang sulit
 berhenti. Juga ditampilkan komposisi impor soybean China yang dilakukan
 BUMN, swasta, dan perusahaan multinasional. Selain itu, dipaparkan 
impor palm oil China dari sejumlah negara, terutama Indonesia. Impor 
China untuk komoditas olein, stearin, dan PKO asal Indonesia 
masing-masing sebesar 63%, 47%, dan 30%. Juga ditunjukkan tren impor 
bulanan China untuk komoditas olein periode 2008-2013. Jumlah impor palm
 oil China pada 2011/2012 mencapai 5.859 ribu ton, naik menjadi 6.589 
ribu ton pada 2012/2013, dan diprediksi naik lagi menjadi 6.600 ribu ton
 pada 2013/2014. Data sebanyak 25 halaman ini berasal dari makalah Jeffery (Jianfei) XU, Dongling Grain & Oil Co Ltd dan diolah duniaindustri.com. (*)
13) Data Perubahan Iklim Terkait Sektor Perkebunan di Indonesia ini
 menampilkan teori perubahan iklim (climate change) termasuk peningkatan
 emisi karbon di Indonesia, yang salah satunya disebabkan deforestasi 
sekitar 13 juta hektare per tahun. Meski demikian, sektor perkebunan di 
Indonesia mampu menghasilkan biodiesel sebagai salah satu alternatif 
bahan bakar yang dapat diperbaharui. Data sebanyak 56 halaman ini 
berasal dari makalah Dr. Edvin Aldrian APU, Director of the Center for 
Climate Change and Air Quality Meteorology Climatology and Geophysics 
Agency (BMKG) IPCC Working Group 1 AR 5 Lead Author dan diolah duniaindustri.com. (*)
14) Data Strategi Pengembangan Sawit dan Batubara di Indonesia ini
 menampilkan strategi pengembangan dua komoditas utama Indonesia, yakni 
kelapa sawit dan batubara, dikaitkan dengan Masterplan Percepatan dan 
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di antaranya 
ditampilkan tulang punggung pengembangan industri minyak sawit mentah 
(CPO) di empat daerah, yakni Sei Mangkei, Dumai, Kalimantan Barat, dan 
Kalimantan Timur. Pengembangan industri hilir CPO di Sei Mankei karena 
PT Unilever Indonesia dan Ferrostaal telah berinvestasi US$ 1 miliar. 
Sedangkan pengembangan industri batubara diarahkan ke Sumatera Selatan 
yang menyimpan 39% dari cadangan batubara nasional, sekitar 18,13 miliar
 ton. Selain itu, ditampilkan 56 proyek MP3EI senilai US$ 29 miliar yang
 diperinci per proyek, skema pendanaan, dan kaitannya dengan program 
pemerintah. Data yang terdiri atas 21 halaman microsoft powerpoint ini 
dibuat oleh Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi 
Indonesia (KP3EI) dan diolah duniaindustri.com. (*)
15) Data Tren Harga dan Produksi Minyak Nabati Utama ini
 menampilkan tren harga dari minyak nabati utama (sawit, soybean, dan 
lainnya) periode 2008-2013. Selain itu ditampilkan data tujuan ekspor 
CPO Indonesia ke dunia, antara lain India 47%, Malaysia 14%, dan 
lainnya. Juga dibahas kendala dan tantangan industri CPO di Indonesia 
serta perbandingan dengan soybean, meliputi impor soybean Indonesia, 
harga soybean, produksi soybean dunia. Data yang terdiri atas 20 halaman
 microsoft powerpoint ini dibuat oleh lembaga riset, dan praktisi 
pertanian. (*)
16) Data Keseimbangan Pasokan-Kebutuhan Sawit dan Dampaknya ke Harga ini
 menampilkan perbandingan produksi dan ekspor CPO di Indonesia 
2008-2018. Selain itu, outlook produksi minyak mentah Indonesia 
2009-2020 yang menampilkan potensi penurunan produksi, sementara 
kebutuhan naik 4%-5% per tahun. Di 2020, impor minyak mentah Indonesia 
bisa mencapai 1 juta barel per hari. Karena itu, Indonesia harus 
mendiversifikasi produksi energi. Bagaimana caranya? Produksi biodiesel 
mesti ditambah. Juga ditampilkan data skenario pengubahan minyak mentah 
ke biodiesel. Data ini juga menggambarkan skenario untuk memproduksi 100
 ribu barel minyak mentah diperlukan 5,25 juta ton CPO per tahun atau 
5,8 juta kiloliter biodiesel dari 1 juta hektare lahan dan 1,57 juta 
pekerja. Data yang terdiri atas 18 halaman microsoft powerpoint ini 
dibuat oleh pelaku usaha dan produsen biodiesel dan diolah duniaindustri.com. (*)
17) Data Komprehensif Industri Biofuels dan Produk Hilir CPO ini
 menampilkan perbandingan populasi, PDB per kapita, konsumsi minyak, di 
Indonesia, AS, China, Eropa, dan Rusia. Selain itu, dijabarkan 100 
produk turunan CPO serta kapasitas produksi pengolahan, fractionation, 
dan modifikasi produk turunan CPO sejak 2011-2013. Ditampilkan juga 
kapasitas produksi oleokimia (fatty alcohol dan fatty acid) periode 
2004-201, kapasitas produksi biodiesel 2006-2013, proyeksi investasi 
hingga US$ 2,7 miliar, regulasi mandatori biodiesel. Ekspor CPO juga 
ditampilkan secara mendetail, dari mulai ekspor CPO, ekspor biodiesel, 
serta komparasinya dengan kebutuhan domestik periode 2009-2013. Data 
yang terdiri atas 20 halaman ini dibuat oleh Asosiasi Produsen Biofuel 
Indonesia (Aprobi) dan diolah duniaindustri.com. (*)
18) Data Peranan Industri Sawit sebagai Penghasil Devisa Ekspor ini
 menampilkan peranan industri minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) 
dalam struktur ekspor nasional, seiring terjadinya defisit neraca 
perdagangan yang melemahkan rupiah terhadap dolar AS. Data yang berisi 9
 halaman ini dilengkapi tabel dan grafis perkembangan nilai ekspor dan 
volume ekspor CPO serta produk turunannya dalam sepuluh tahun terakhir. 
Data ini berasal dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki),
 BPS, dan Bank Indonesia. (*)
19) Data Volume dan Nilai Ekspor CPO, Tarif Bea Keluar, HPE ini
 berisi tren volume dan nilai ekspor CPO dan produk turunannya, tarif 
bea keluar, harga patokan ekspor, harga Rotterdam per bulan selama dua 
tahun terakhir. (*)
Sumber: di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 157 database, klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 157 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider, klik di sini***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 156 database, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 19 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider, klik di sini






 
 
Komentar
Posting Komentar