Ada Kejutan Ekonomi di Akhir 2020, Trend Akan Berubah?
Duniaindustri.com (Oktober 2020) – Memasuki kuartal terakhir di 2020, ekonomi Indonesia diestimasi menunjukkan geliat perbaikan meski masih secara terbatas. Berdasarkan hasil survei, optimisme perbaikan di akhir 2020 mulai meningkat seiring adanya kejutan ekonomi dengan bertumpu pada kekuatan domestik.
Berdasarkan survei proyeksi indikator makro ekonomi yang digelar Bank Indonesia (BI), mayoritas reponden masih optimis ekonomi negeri ini sepanjang 2020 akan bergerak positif di 0,24% (median +0,13%), sementara 41,7% responden lainnya lebih optimis dengan proyeksi growth 0,25%-2,24%. Pertumbuhan akan lebih cepat pada 2021, dengan mayoritas responden mengestimasi growth ekonomi di kisaran 2,25%-4,24%.
Pada tahun 2021, responden masih optimis perekonomian Indonesia akan semakin membaik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2020. PDB tahun 2021 diperkirakan tumbuh 3,46% (yoy), lebih tinggi dibanding proyeksi pertumbuhan tahun 2020 sebesar 0,03% (yoy). Responden memperkirakan peningkatan kinerja perekonomian pada tahun 2021 disebabkan oleh membaiknya perekonomian dunia, peningkatan daya beli masyarakat, dan adanya peningkatan investasi baik yang bersumber dari domestik maupun luar negeri.
Tim duniaindustri.com menilai dengan kondisi 54,2% responden yang tetap optimis untuk menatap perbaikan ekonomi di kuartal IV 2020 dan 2021, itu menandakan kekuatan domestik mesti dipupuk dan diberi dukungan lebih besar. Sudah waktunya untuk seluruh komponen bangsa untuk bersatu padu untuk merealisasikan pemulihan ekonomi yang lebih cepat, dengan kebijakan yang didukung penerapan protokol kesehatan.
Sinergi prioritas antara penerapan protokol kesehatan dan upaya perbaikan ekonomi, menurut tim Duniaindustri.com, dapat berjalan selaras dengan kontrol yang ketat dari regulator. Upaya tersebut disatukan dengan adanya vaksin virus Covid-19 dapat menjadi solusi utama untuk mengatasi pandemi dan dampaknya.
Terlebih lagi kuartal IV 2020, menurut tim Duniaindustri.com, merupakan momentum terbaik untuk membuat kejutan ekonomi berupa pijakan perbaikan, sekaligus mengkonfirmasi perubahan tren pelemahan menjadi tren pemulihan. Sejumlah katalis untuk pendorong tren pemulihan itu antara lain penguatan insentif yang lebih terarah, percepatan realisasi anggaran pemerintah, stimulus efisiensi harga energi secara temporer untuk menggairahkan daya beli masyarakat, dan penguatan dukungan bagi UMKM yang menjadi pondasi ekonomi kerakyatan.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 tampaknya masih menyelimuti iklim usaha di Indonesia, dengan meninggalkan luka bagi usaha besar maupun usaha kecil. Mengutip “Laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha” yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), September 2020, sebanyak 8,67% perusahaan berhenti beroperasi, 5,45% perusahaan beroperasi dengan penerapan work from home (Wfh) untuk sebagian pegawai, 2,05% perusahaan beroperasi dengan WfH untuk seluruh pegawai.
Sementara 24,31% perusahaan beroperasi dengan pengurangan kapasitas (jam kerja, mesin, dan tenaga kerja), 0,49% perusahaan beoperasi bahkan melebihi kapasitas sebelum Covid-19, 58,95% perusahaan beroperasi seperti biasa.
“Laporan Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha” merupakan hasil survey BPS yang dilakukan sepanjang 10-26 Juli 2020 terhadap 34.559 responden. Secara umum, 6 dari setiap 10 perusahaan masih beroperasi seperti biasa.
Pada 5 provinsi dengan kasus Covid-19 tertinggi (Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat), secara rata-rata ada sebanyak 5 dari setiap 10 perusahaan masih beroperasi seperti biasa. Di DKI Jakarta, 29,56% perusahaan masih beroperasi seperti biasa, di Jawa Timur paling tinggi 58,2% perusahaan beroperasi biasa, disusul Jawa Tengah 55,05% perusahaan beroperasi biasa.
Dilihat dari sektornya, sekitar 77 dari setiap 100 perusahaan di sektor pengadaan air dan pengelolaan limbah, pertanian, peternakan dan perikanan, serta real estat masih beroperasi seperti biasa. Yang paling rendah adalah jasa pendidikan, hanya 27,29% yang beroperasi normal. Hanya sekitar 27 dari setiap 100 perusahaan di sektor jasa pendidikan yang masih beroperasi seperti biasa.
Sementara dilihat dari dampak Covid-19 terhadap pendapatan perusahaan, 82,29% usaha mikro besar (UMB) mengakui penurunan pendapatan, sementara untuk usaha mikro kecil (UMK) angkanya lebih tinggi yakni 84,2%.
Untuk beradaptasi, 15 dari setiap 100 perusahaan cenderung melakukan diversifikasi usaha selama pandemi. Tiga sektor dengan persentase tertinggi untuk diversifikasi usaha adalah industri pengolahan sebesar 21,97%, akomodasi dan makan minum sebesar 19,88%, serta perdagangan dan reparasi kendaraan 16,71%. Bahkan, 5 dari setiap 100 perusahaan menempuh upaya untuk beralih ke sektor yang berbeda dan bergerak ke sektor yang baru.
Sekitar 19% pelaku usaha memperkirakan hanya mampu bertahan maksimal hingga 3 bulan. Sementara 45% pelaku usaha yang melakukan diversifikasi usaha tetap optimis perusahaannya mampu bertahan lebih dari 3 bulan. Dan 8 dari setiap 10 perusahaan optimis dapat pulih maksimal 6 bulan ke depan.(*/tim redaksi 08 & 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 205 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 205 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Komentar
Posting Komentar