Pasca Pandemi, Denyut Nadi Bisnis Mulai Kembali Menggeliat
Denyut nadi sejumlah sektor bisnis
di Indonesia mulai perlahan bergerak kembali setelah dilanda pembatasan
akibat pandemi Covid-19. Hal itu ditandai dengan beroperasinya sekitar 17.109 industri
yang izin operasionalnya diberikan oleh Kementerian Perindustrian
(Kemenperin). Pemerintah juga telah menggagas konsep ‘new normal’
sebagai langkah awal pemulihan pasca pandemi.
Menyusul denyut nadi bisnis yang mulai bergerak, kalangan pengusaha meminta pemerintah merealisasikan sejumlah stimulus untuk mempercepat pemulihan. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengusulkan kepada pemerintah untuk mengkaji kembali harga bahan bakar minyak (BBM), listrik dan gas industri pada saat ini. Harga energi saat ini sangat memberatkan dunia usaha, terutama dengan melemahnya perekonomian akibat dampak pandemik Covid-19.
Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani menjelaskan, pemerintah diharapkan bisa menurunkan harga BBM, listrik, dan gas di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang lesu saat ini. Daya saing industri nasional saat ini sangat rendah akibat tingginya harga BBM, listrik dan gas industri tersebut, sementara permintaan barang baik di dalam negeri maupun transaksi ekspor juga menurun.
“Tingginya harga BBM di Indonesia sebagai bahan baku utama industri menjadikan rendahnya daya saing bagi industri nasional. Terlebih harga minyak dunia juga telah mengalami penurunan di bawah USD20/barel di tengah pandemi Covid-19,” kata Hariyadi dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu (30/5).
Dia menerangkan pemerintah wajib memberikan stimulus untuk memastikan keberlangsungan dunia usaha di tengah terpuruknya perekonomian saat ini. “Keberlangsungan usaha dapat diupayakan, salah satunya dengan menurunkan harga BBM industri sebagai efisiensi produksi,” ujarnya.
Apindo juga menyoroti tarif premium listrik yang dibebankan secara penuh kepada dunia usaha, sementara sejumlah industri saat ini belum beroperasi 100%. Atas kondisi tersebut, Apindo mengusulkan empat hal kepada pemerintah. Pertama, penghapusan biaya premium-rekening minimum pemakaian listrik 40 jam menyala, termasuk untuk pelanggan industri premium 235 jam yang menyala selama masa pandemi Covid-19. Kedua, penghapusan mekanisme tagihan minimum gas oleh PGN, yang akan sangat meringankan beban biaya industri, mendapatkan flexibilitas untuk membayar energi sesuai dengan konsumsi gas yang mengikuti pemakaian dalam proses manufaktur.
Ketiga, penundaan pembayaran 50% tagihan PLN hingga Desember 2020 dengan jaminan cicilan berupa giro mundur selama 12 bulan. Terakhir, penghapusan denda keterlambatan. Terkait dengan gas, Apindo mendorong pemerintah untuk segera mengimplementasikan penurunan harga gas bumi tertentu di titik serah pengguna gas bumi (plant gate) untuk seluruh sektor industri menjadi harga USD6/MMBTU dengan nilai dolar AS setara dengan Rp14.000.
Saat ini hanya 7 sektor industri yang bisa mendapatkan harga gas USD6/MMBTU tersebut. Sedangkan sebagian besar industri masih membayar dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga tersebut. “Lalu pengenaan tagihan gas seharusnya juga disesuaikan dengan konsumsi industri, bukan kontrak yang berlaku. Kami berharap pemerintah membebaskan biaya minimum untuk gas karena industri saat ini mengalami kesulitan yang luar biasa di masa pandemi,” pungkas Hariyadi.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menginventarisir permasalah utama yang dihadapi sektor industri akibat dampak pandemi Covid-19. Dampak tak langsung dari pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi dan perdagangan telah melumpuhkan hampir 60% dari sektor manufaktur nasional, sehingga perlu upaya pemulihan secara cepat.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menilai pihaknya akan terus melakukan upaya agar sektor industri dapat kembali berproduksi usai mendapat tekanan yang berat akibat wabah Covid-19. Berbagai stimulus digulirkan pemerintah untuk sektor industri agar bisa meningkatkan produktivitas.
“Kami ingin industri kita bisa cepat rebound pasca-wabah virus korona ini, dengan memberikan berbagai stimulus yang komprehensif sesuai kebutuhan di sektornya,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita.
Menurutnya, saat ini ada dua masalah utama yang dihadapi sektor manufaktur akibat pandemi Covid-19, yaitu kendala cash flow serta kebutuhan modal kerja. Dia mengatakan salah satu solusi untuk kendala cash flow adalah memberikan fasilitasi restrukturisasi kredit. Bank Indonesia, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepakat menjalankan program restrukturisasi kredit pada industri terdampak.
Sedangkan modal kerja sangat dibutuhkan untuk memulai kembali industri ketika kondisi normal lagi dan bisa beraktivitas seperti semula. Sehingga diperlukan upaya untuk kembali mendorong investasi. Selain itu, juga dilakukan pemberian rangsangan untuk memacu pasar ekspor dan pemenuhan kebutuhan bahan baku.(*/)
Sumber: klik di sini
Menyusul denyut nadi bisnis yang mulai bergerak, kalangan pengusaha meminta pemerintah merealisasikan sejumlah stimulus untuk mempercepat pemulihan. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengusulkan kepada pemerintah untuk mengkaji kembali harga bahan bakar minyak (BBM), listrik dan gas industri pada saat ini. Harga energi saat ini sangat memberatkan dunia usaha, terutama dengan melemahnya perekonomian akibat dampak pandemik Covid-19.
Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani menjelaskan, pemerintah diharapkan bisa menurunkan harga BBM, listrik, dan gas di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang lesu saat ini. Daya saing industri nasional saat ini sangat rendah akibat tingginya harga BBM, listrik dan gas industri tersebut, sementara permintaan barang baik di dalam negeri maupun transaksi ekspor juga menurun.
“Tingginya harga BBM di Indonesia sebagai bahan baku utama industri menjadikan rendahnya daya saing bagi industri nasional. Terlebih harga minyak dunia juga telah mengalami penurunan di bawah USD20/barel di tengah pandemi Covid-19,” kata Hariyadi dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu (30/5).
Dia menerangkan pemerintah wajib memberikan stimulus untuk memastikan keberlangsungan dunia usaha di tengah terpuruknya perekonomian saat ini. “Keberlangsungan usaha dapat diupayakan, salah satunya dengan menurunkan harga BBM industri sebagai efisiensi produksi,” ujarnya.
Apindo juga menyoroti tarif premium listrik yang dibebankan secara penuh kepada dunia usaha, sementara sejumlah industri saat ini belum beroperasi 100%. Atas kondisi tersebut, Apindo mengusulkan empat hal kepada pemerintah. Pertama, penghapusan biaya premium-rekening minimum pemakaian listrik 40 jam menyala, termasuk untuk pelanggan industri premium 235 jam yang menyala selama masa pandemi Covid-19. Kedua, penghapusan mekanisme tagihan minimum gas oleh PGN, yang akan sangat meringankan beban biaya industri, mendapatkan flexibilitas untuk membayar energi sesuai dengan konsumsi gas yang mengikuti pemakaian dalam proses manufaktur.
Ketiga, penundaan pembayaran 50% tagihan PLN hingga Desember 2020 dengan jaminan cicilan berupa giro mundur selama 12 bulan. Terakhir, penghapusan denda keterlambatan. Terkait dengan gas, Apindo mendorong pemerintah untuk segera mengimplementasikan penurunan harga gas bumi tertentu di titik serah pengguna gas bumi (plant gate) untuk seluruh sektor industri menjadi harga USD6/MMBTU dengan nilai dolar AS setara dengan Rp14.000.
Saat ini hanya 7 sektor industri yang bisa mendapatkan harga gas USD6/MMBTU tersebut. Sedangkan sebagian besar industri masih membayar dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga tersebut. “Lalu pengenaan tagihan gas seharusnya juga disesuaikan dengan konsumsi industri, bukan kontrak yang berlaku. Kami berharap pemerintah membebaskan biaya minimum untuk gas karena industri saat ini mengalami kesulitan yang luar biasa di masa pandemi,” pungkas Hariyadi.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menginventarisir permasalah utama yang dihadapi sektor industri akibat dampak pandemi Covid-19. Dampak tak langsung dari pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi dan perdagangan telah melumpuhkan hampir 60% dari sektor manufaktur nasional, sehingga perlu upaya pemulihan secara cepat.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menilai pihaknya akan terus melakukan upaya agar sektor industri dapat kembali berproduksi usai mendapat tekanan yang berat akibat wabah Covid-19. Berbagai stimulus digulirkan pemerintah untuk sektor industri agar bisa meningkatkan produktivitas.
“Kami ingin industri kita bisa cepat rebound pasca-wabah virus korona ini, dengan memberikan berbagai stimulus yang komprehensif sesuai kebutuhan di sektornya,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita.
Menurutnya, saat ini ada dua masalah utama yang dihadapi sektor manufaktur akibat pandemi Covid-19, yaitu kendala cash flow serta kebutuhan modal kerja. Dia mengatakan salah satu solusi untuk kendala cash flow adalah memberikan fasilitasi restrukturisasi kredit. Bank Indonesia, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepakat menjalankan program restrukturisasi kredit pada industri terdampak.
Sedangkan modal kerja sangat dibutuhkan untuk memulai kembali industri ketika kondisi normal lagi dan bisa beraktivitas seperti semula. Sehingga diperlukan upaya untuk kembali mendorong investasi. Selain itu, juga dilakukan pemberian rangsangan untuk memacu pasar ekspor dan pemenuhan kebutuhan bahan baku.(*/)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Komentar
Posting Komentar