Penjualan Properti Residensial Mulai Terpukul Covid-19, Kontraksi Cukup Dalam
Penjualan properti residensial pada kuartal I 2020 anjlok signifikan. Hasil survei Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa penjualan properti residensial
mengalami kontraksi yang cukup dalam sebesar 43,19% secara tahunan
(year on year), jauh lebih rendah dari kuartal sebelumnya yang masih
mampu tumbuh terbatas 1,19% secara tahunan. Penurunan penjualan properti
residensial tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah.
Survei harga properti residensial Bank Indonesia juga mengindikasikan terjadinya perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer secara dramatis. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks harga properti residensial (IHPR) kuartal I 2020 hanya sebesar 1,68% (yoy), lebih rendah dibanding 1,77% (yoy) pada kuartal sebelumnya. Perlambatan IHPR diperkirakan akan berlanjut pada kuartal II 2020 dengan pertumbuhan hanya sebesar 1,56% (yoy).
Hasil survei yang dirilis di Jakarta, Rabu (13/5), itu menunjukkan bahwa dana internal perusahaan properti masih berkontribusi terbesar dalam komposisi sumber pembiayaan utama proyek perumahan. Hal tersebut tercermin dari penggunaan dana internal developer yang dominan hingga mencapai 61,63%. Sementara itu, mayoritas konsumen masih mengandalkan pembiayaan perbankan dalam membeli properti residensial. Persentase jumlah konsumen yang menggunakan fasilitas KPR dalam pembelian properti residensial mencapai 74,73%.
Bukan hanya periode tahunan, penjualan properti residensial primer pada kuartal I 2020 juga mengalami penurunan secara kuartalan. Penjualan rumah pada periode tersebut tercatat kontraksi -30,52% (quarter to quarter), lebih dalam dari kontraksi -16,33% (qtq) pada kuartal sebelumnya maupun 23,77% (qtq) pada kuartal I 2019. Penurunan terjadi pada seluruh tipe rumah, baik rumah tipe besar (-41,01% qtq), rumah tipe menengah (-34,39% qtq), dan rumah tipe kecil (-26,09% qtq). Secara tahunan, penjualan properti residensial kuartal I 2020 juga menunjukkan kontraksi pertumbuhan yang cukup dalam sebesar -43,19% (yoy), dari 1,19% (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Responden survei menjelaskan bahwa suku bunga KPR yang dirasa masih cukup tinggi menjadi faktor utama pemicu terhambatnya pertumbuhan penjualan properti residensial (17,9% dari jawaban responden). Meski demikian, rata-rata suku bunga KPR pada kuartal I 2020 menurut data laporan bulanan bank umum per Maret 2020 sudah turun menjadi 8,92%, dibanding 9,12% pada kuartal IV 2019 (per Desember 2019). Faktor lain yang menjadi penghambat antara lain kondisi darurat bencana akibat Covid-19 (15,8%), perizinan dan birokrasi (15,5%), kenaikan harga bahan bangunan (15,3%), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR di perbankan (13,8%).
Pada kuartal II 2020, responden memperkirakan pertumbuhan harga properti residensial makin terbatas. Hal ini terindikasi dari perkiraan pertumbuhan IHPR kuartal II 2020 hanya sebesar 1,56%, lebih rendah dibanding 1,68% pada kuartal I 2020. Hal tersebut terutama disebabkan perlambatan kenaikan harga rumah tipe kecil yang diperkirakan tumbuh 2,29% (yoy), lebih rendah dari 2,83% pada kuartal sebelumnya. Berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah tertinggi pada kuartal II 2020 diperkirakan terjadi di Kota Medan (4,04%) diikuti Makassar (2,1%).
Pada kuartal I 2020, modal dari dana internal perusahaan pengembang properti masih menjadi sumber utama pembiayaan proyek perumahan dengan persentase sebesar 61,63% terhadap modal perusahaan. Sumber pembiayaan properti berikutnya yang digunakan pengembang antara lain pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen dengan proporsi masing-masing 25,14% dan 11,39% dari total modal. Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari laba ditahan (48,28%) dan modal disetor (44,78%).
Sementara itu, dari sisi pembiayaan konsumen, persentase jumlah konsumen yang menggunakan fasilitas KPR dalam melakukan pembelian properti residensial pada kuartal I 2020 mencapai 74,73%, lebih tinggi dibanding 71,88% pada periode sebelumnya. Sebanyak 17,15% konsumen melakukan pembelian rumah dengan tunai bertahap dan sisanya sebesar 8,06% secara tunai.
Survei harga properti residensial (SHPR) merupakan survei kuartalan yang dilakukan terhadap sampel pengembang proyek perumahan (developer) di 16 kota yaitu Jabodebek dan Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Manado, Makassar, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Padang, Medan, Batam, dan Balikpapan. Mulai kuartal I 2018, terdapat tambahan 2 kota yakni Pekanbaru dan Samarinda sehingga total cakupan kota pelaksana survei menjadi 18 kota. Pengumpulan data dilakukan secara langsung (face to face) mencakup data harga jual rumah, jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada kuartal bersangkutan serta perkiraan harga jual rumah pada kuartal berikutnya.(*/tim redaksi 05 & 07/Safarudin/Indra)
Sumber: klik di sini
Survei harga properti residensial Bank Indonesia juga mengindikasikan terjadinya perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer secara dramatis. Hal ini tercermin dari kenaikan indeks harga properti residensial (IHPR) kuartal I 2020 hanya sebesar 1,68% (yoy), lebih rendah dibanding 1,77% (yoy) pada kuartal sebelumnya. Perlambatan IHPR diperkirakan akan berlanjut pada kuartal II 2020 dengan pertumbuhan hanya sebesar 1,56% (yoy).
Hasil survei yang dirilis di Jakarta, Rabu (13/5), itu menunjukkan bahwa dana internal perusahaan properti masih berkontribusi terbesar dalam komposisi sumber pembiayaan utama proyek perumahan. Hal tersebut tercermin dari penggunaan dana internal developer yang dominan hingga mencapai 61,63%. Sementara itu, mayoritas konsumen masih mengandalkan pembiayaan perbankan dalam membeli properti residensial. Persentase jumlah konsumen yang menggunakan fasilitas KPR dalam pembelian properti residensial mencapai 74,73%.
Bukan hanya periode tahunan, penjualan properti residensial primer pada kuartal I 2020 juga mengalami penurunan secara kuartalan. Penjualan rumah pada periode tersebut tercatat kontraksi -30,52% (quarter to quarter), lebih dalam dari kontraksi -16,33% (qtq) pada kuartal sebelumnya maupun 23,77% (qtq) pada kuartal I 2019. Penurunan terjadi pada seluruh tipe rumah, baik rumah tipe besar (-41,01% qtq), rumah tipe menengah (-34,39% qtq), dan rumah tipe kecil (-26,09% qtq). Secara tahunan, penjualan properti residensial kuartal I 2020 juga menunjukkan kontraksi pertumbuhan yang cukup dalam sebesar -43,19% (yoy), dari 1,19% (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Responden survei menjelaskan bahwa suku bunga KPR yang dirasa masih cukup tinggi menjadi faktor utama pemicu terhambatnya pertumbuhan penjualan properti residensial (17,9% dari jawaban responden). Meski demikian, rata-rata suku bunga KPR pada kuartal I 2020 menurut data laporan bulanan bank umum per Maret 2020 sudah turun menjadi 8,92%, dibanding 9,12% pada kuartal IV 2019 (per Desember 2019). Faktor lain yang menjadi penghambat antara lain kondisi darurat bencana akibat Covid-19 (15,8%), perizinan dan birokrasi (15,5%), kenaikan harga bahan bangunan (15,3%), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR di perbankan (13,8%).
Pada kuartal II 2020, responden memperkirakan pertumbuhan harga properti residensial makin terbatas. Hal ini terindikasi dari perkiraan pertumbuhan IHPR kuartal II 2020 hanya sebesar 1,56%, lebih rendah dibanding 1,68% pada kuartal I 2020. Hal tersebut terutama disebabkan perlambatan kenaikan harga rumah tipe kecil yang diperkirakan tumbuh 2,29% (yoy), lebih rendah dari 2,83% pada kuartal sebelumnya. Berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah tertinggi pada kuartal II 2020 diperkirakan terjadi di Kota Medan (4,04%) diikuti Makassar (2,1%).
Pada kuartal I 2020, modal dari dana internal perusahaan pengembang properti masih menjadi sumber utama pembiayaan proyek perumahan dengan persentase sebesar 61,63% terhadap modal perusahaan. Sumber pembiayaan properti berikutnya yang digunakan pengembang antara lain pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen dengan proporsi masing-masing 25,14% dan 11,39% dari total modal. Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari laba ditahan (48,28%) dan modal disetor (44,78%).
Sementara itu, dari sisi pembiayaan konsumen, persentase jumlah konsumen yang menggunakan fasilitas KPR dalam melakukan pembelian properti residensial pada kuartal I 2020 mencapai 74,73%, lebih tinggi dibanding 71,88% pada periode sebelumnya. Sebanyak 17,15% konsumen melakukan pembelian rumah dengan tunai bertahap dan sisanya sebesar 8,06% secara tunai.
Survei harga properti residensial (SHPR) merupakan survei kuartalan yang dilakukan terhadap sampel pengembang proyek perumahan (developer) di 16 kota yaitu Jabodebek dan Banten, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Manado, Makassar, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Padang, Medan, Batam, dan Balikpapan. Mulai kuartal I 2018, terdapat tambahan 2 kota yakni Pekanbaru dan Samarinda sehingga total cakupan kota pelaksana survei menjadi 18 kota. Pengumpulan data dilakukan secara langsung (face to face) mencakup data harga jual rumah, jumlah unit rumah yang dibangun dan dijual pada kuartal bersangkutan serta perkiraan harga jual rumah pada kuartal berikutnya.(*/tim redaksi 05 & 07/Safarudin/Indra)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Komentar
Posting Komentar