Indeks Keyakinan Konsumen di 14 Kota Cenderung Melemah, Ada Apa?

 

Duniaindustri.com (Februari 2021) – Kompleksitas permasalahan di masa pandemi Covid-19 dengan kekhawatiran tingkat penyebaran virus yang masih relative tinggi ikut mempengaruhi indeks keyakinan konsumen (IKK) pada awal 2021. Hal itu tercermin dari hasil survey Bank Indonesia (BI) yang mengindikasikan perbaikan keyakinan konsumen masih tertahan dan cenderung turun pada posisi Januari 2021 dibanding bulan sebelumnya.


 

Berdasarkan hasil survei konsumen BI, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2021 sebesar 84,9 atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di 96,5. Tertahannya perbaikan keyakinan konsumen terjadi pada seluruh kategori tingkat pengeluaran dan mayoritas kelompok usia. Secara spasial, keyakinan konsumen menurun di 14 kota cakupan survei, dengan penurunan terbesar di Kota Surabaya, diikuti Bandung dan Mataram.

“Kondisi pada Januari 2021 terutama disebabkan menurunnya ekspektasi konsumen terhadap ekonomi pada 6 bulan mendatang. Perkembangan tersebut dipicu oleh perkiraan terhadap ekspektasi kegiatan usaha, ketersediaan lapangan kerja, dan penghasilan ke depan yang tidak sekuat pada bulan sebelumnya,” tulis Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, dalam laporan hasil survey konsumen BI, di Jakarta, Senin (8/2).

Dia menerangkan pelemahan indeks keyakinan konsumen pada Januari 2021 didorong oleh penurunan dua komponen utama. Pertama, disebabkan oleh melemahnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang yang tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Kedua, penurunan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini.

Indeks Kondisi Ekonomi saat ini tercatat sebesar 63,0 atau lebih rendah dari 68,6 pada bulan Desember 2020. Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini melemah karena adanya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di beberapa wilayah, khususnya Jawa dan Bali. PPKM berdampak pada kembali turunnya aktivitas ekonomi dan terbatasnya penghasilan masyarakat.

Namun ke depan, konsumen masih cukup optimistis terhadap perkiraan kondisi ekonomi 6 bulan mendatang meski melemah dari bulan sebelumnya. Ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) Januari 2021 yang sebesar 106,7 atau lebih rendah dari 124,3 pada Desember 2020.

Pelemahan indeks keyakinan konsumen pada Januari 2021 terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran, terutama pada responden dengan pengeluaran Rp 2,1 juta hingga Rp 4 juta per bulan. Dari sisi usia, penurunan IKK terjadi pada mayoritas kelompok usia responden, terutama pada responden berusia 51 tahun hingga 60 tahun.

Sementara secara spasial, penurunan keyakinan konsumen pada Januari 2021 terjadi di 14 kota survei, dengan penurunan terdalam terjadi di Surabaya sebesar 37,3 poin, diikuti Bandung 21,8 poin, dan Mataram 20,1 poin.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju pertumbuhan ekonomi RI 2020 terkontraksi -2,07% dibandingkan 2019 secara kumulatif tahunan. Meski demikian, kontraksi secara periodikal makin mengecil, terlihat dari trend kuartalan yang menuju perbaikan.

Sepanjang 2020, belanja atau konsumsi pemerintah tercatat menjadi penopang utama yang tercatat tumbuh positif. Ke depan, belanja pemerintah dan investasi menjadi perhatian utama untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi 2021.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan meski masih terjadi kontraksi namun tren negatif pertumbuhan ekonomi baik secara qtoq atau yoy pada triwulan IV 2020 mengalami perbaikan atau kian mengecil. Hal itu terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2020 sebesar -5,32 persen, kemudian di triwulan III 2020 sebesar -3,49 persen.

"Ada perbaikan meski belum sesuai harapan. Kami perlu evaluasi, mana yang bagus kemudian diperkuat," ujarnya dalam konferensi pers virtual.

Tren perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020 juga terjadi di beberapa negara mitra dagang Indonesia. Amerika Serikat (AS) pada triwulan IV 2020 pertumbuhan ekonominya membaik dari -2,8 persen menjadi -2,5 persen. Kemudian Singapura dari -5,6 persen menjadi -3,8 persen, Hongkong dari sebelumnya -3,6 persen menjadi -3 persen. Adapun mitra dagang yang tumbuh positif pada periode itu adalah Tiongkok dari 4,9 persen menjadi 6,5 persen sementara Vietnam dari sebelumnya 2,7 persen menjadi 4,5 persen.

Khusus perekonomian RI, berdasarkan kelompok pengeluaran, yang menjadi penentu utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020 dibandingkan triwulan III 2020 adalah konsumsi pemerintah. Tercatat belanja pemerintah pada periode tersebut tumbuh positif sebesar 1,76 persen. Adapun kelompok pengeluaran lainnya mengalami kontraksi.

"Konsumsi pemerintah tumbuh posiitf 1,76 persen yang didorong oleh belanja barang dan jasa kecuali belanja perjalanan dinas. Ini dampak dari mekanisme PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dan WFH (work from home). Jadi belanja pemerintah menjadi satu - satunya komponen pengeluaran yang tumbuh positif," paparnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 220 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 220 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 16 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efisiensi Operasional, KIA Ceramics Tutup Satu Pabrik di Cileungsi

Dominasi Wings, Unilever, Kao di Industri Deterjen

Database 15.000 Perusahaan Industri di Indonesia, Hasil Big Data