Mengukur Geliat Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang pelemahan ekonomi RI triwulan II 2020 hingga minus 5,32% (year on year) memperlihatkan dahsyatnya dampak pandemi Covid-19. Ibarat krisis bentuk baru yang multidimensi, pandemi mampu menggoyang ekonomi global, termasuk Indonesia, tanpa bisa diprediksi sebelumnya. Ketidakpastian dan volatilitas pasar tidak bisa dielakkan.

Lalu bagaimana prospek ke depan dengan fakta tersebut? Apakah laporan itu mengkonfirmasi bahwa kondisi terburuk telah terlewati? Bagaimana pelaku industri mesti menyikapinya?

Tim Duniaindustri.com menilai laporan BPS terkait pelemahan ekonomi RI di triwulan II 2020 yang lebih rendah dibanding prediksi sebelumnya (-3,1%) mengkonfirmasi dasar (bottom) dari efek terburuk pandemi Covid-19 terhadap ekonomi. Seiring dengan berbagai upaya pelonggaran dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) serta strategi pemulihan ekonomi nasional (PEN), geliat recovery ekonomi pun makin terasa. Denyut bisnis mulai berdegup kencang, dan market competition makin sumringah.

Peluang pasar akan kembali terbuka lebar, seiring dengan geliat recovery ekonomi. Bagaimanapun pasar membutuhkan pasokan, meski dengan kondisi baru pulih. Sensitivitas akan harga cenderung lebih tinggi dibanding pada kondisi normal, mencerminkan market demand yang tetap terjaga.

Untuk negara sebesar Indonesia, ekonomi domestik masih akan menjadi tumpuan guna geliat recovery yang lebih cepat. Akselerasi dapat terwujud ketika sisi produksi mendapat momentum untuk tumbuh seiring market demand ekonomi domestik.

Suhariyanto, Kepala BPS, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tercatat minus 5,32 persen ini adalah yang terendah sejak tahun 1999. Pada triwulan I tahun 1999, angka pertumbuhan ekonomi RI sebesar -6,13 persen.

Jika dilihat berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku ( ADHB ) pada triwulan II 2020 sebesar Rp3.687,7 triliun. Sedangkan apabila dilihat atas dasar harga konstan ( ADHK ) mencapai Rp2.589,6 triliun. Catatan negatif pertumbuhan ekonomi nasional ini juga terjadi di beberapa negara mitra dagang Indonesia. Bahkan beberapa di antaranya sudah menyatakan secara resmi terjadi resesi.

Pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi minus 5,32 persen, kalau dibandingkan secara kuartalan juga kontraksi minus 4,19 persen. Sementara kumulatif terhadap semester I 2019 terjadi kontraksi minus 1,26 persen. “Kontraksi PDB menurut triwulanan cukup dalam karena covid-19 yang luar biasa dampaknya,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8).

Menurut dia, sumber pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan II 2020 berdasarkan lapangan usaha, sektor pertanian, informasi dan komunikasi (Infokom) dan pengadaan air menjadi penopang utama. Sementara yang menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 jatuh ke level negatif adalah sektor transportasi dan pergudangan. Sektor ini pertumbuhannya anjlok menjadi -29,22 persen. Disusul berikutnya adalah sektor akomodasi dan makanan – minuman.

Pertumbuhan PDB sektor pertanian pada periode tersebut mencapai 16,24 persen dan sekaligus menjadi yang tertinggi. Kemudian infokum tumbuh 2,44 persen dan sektor pengadaan air sebanyak 1,28 persen. “Sektor pertanian yang tumbuh positif karena ada pergesesan panen raya, kalau tahun lalu panennya pada Maret, tahun ini April dan Mei masih ada panen. Kemudian juga ditopang oleh tanaman perkebunan dan kehutanan yang masih tumbuh positif,” ulasnya.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) merilis tingkat keyakinan konsumen masih tergerus dan berada pada zona pesimis. Hal itu didasarkan pada survey BI pada bulan Juli 2020 yang mencatat bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi membaik namun masih berada pada zona pesimis (<100).

Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, mengatakan dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 86,2 poin pada Juli 2020. Angka ini meningkat dari bulan sebelumnya yang mencapai 83,8 poin. Keyakinan konsumen terpantau menguat pada seluruh kelompok usia responden dan hampir seluruh kategori tingkat pengeluaran.

"Secara spasial, keyakinan konsumen membaik di 13 kota survei, dengan kenaikan tertinggi di kota Mataram, Denpasar, dan Pangkal Pinang," ulas Onny dalam keterangan persnya, Kamis (6/8).

Menguatnya keyakinan konsumen pada Juli 2020 didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini. Hal ini terefleksi pada perbaikan seluruh komponen pembentuknya yaitu keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan pembelian barang tahan lama. Catatan tersebut seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali meningkat pasca pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar ( PSBB ) di berbagai kota di Indonesia.

"Sementara itu, ekspektasi konsumen terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang terpantau relatif stabil, seiring masih terbatasnya ekspektasi terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja di tengah ekspektasi kegiatan usaha yang membaik," jelasnya.(*/)

Sumber: klik di sini 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 188 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 188 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efisiensi Operasional, KIA Ceramics Tutup Satu Pabrik di Cileungsi

Dominasi Wings, Unilever, Kao di Industri Deterjen

Database 15.000 Perusahaan Industri di Indonesia, Hasil Big Data