Akselerasi Pemulihan Pasca Pandemi, Kebutuhan Modal Kerja Industri Bakal Meningkat

Seiring momentum akselerasi pemulihan iklim usaha di Indonesia pasca pandemi Covid-19, titik fokus saat ini justru terletak pada lonjakan kebutuhan modal kerja bagi sektor industri. Geliat bisnis yang mulai bergerak pasca pandemi serta usainya momentum Lebaran 2020 membawa aura positif di sektor industri.

Tim Duniaindustri.com menilai saat ini para pelaku bisnis, baik skala besar, menengah, kecil, dan mikro, mulai bangkit diiringi dengan peningkatan kebutuhan modal kerja. Hal itu menjadi salah satu kunci penting dalam adopsi strategi pemulihan cepat (fast recovery strategy) pasca pandemi Covid-19. Pemulihan iklim bisnis diyakini dapat mendongkrak permintaan pasar (market demand) seiring gencarnya promosi dan gimmick yang ditawarkan.

Lonjakan kebutuhan modal kerja untuk pemulihan sektor industri akan mengirimkan sinyal positif bagi pelaku industri keuangan, terutama perbankan, lembaga keuangan, investor, dan private equity. Kondisi ini menandakan transmisi ekonomi mulai bergerak dari sektor riil ke sektor keuangan dan menciptakan dampak berantai yang positif bagi perekonomian nasional.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga telah meminta Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan memberikan stimulus modal kerja Rp 625,107 triliun. Stimulus ini dibutuhkan dunia usaha yang mengalami defisit cash flow akibat wabah virus corona.

Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani, mengatakan bahwa wabah Covid-19 telah mengakibatkan dunia usaha mengalami defisit cash flow. "Diharapkan pemerintah bersama OJK memberikan stimulus terkait modal kerja," kata Hariyadi dalam diskusi online "Menjaga Kinerja Sektor Industri Selama Pandemi Covid-19" di Jakarta, akhir pekan lalu.

Apindo mengusulkan stimulus modal kerja yang diberikan pemerintah bersama OJK kepada dunia usaha mencapai Rp 625,107 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari stimulus untuk sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar Rp 283,1 triliun. Disusul stimulus untuk sektor makanan dan minuman sebesar Rp 200 triliun. Ditambah lagi dengan stimulus untuk sektor alas kaki Rp 99 triliun. Kemudian stimulus untuk sektor hotel dan restoran sebesar Rp 42,6 triliun. "Terakhir untuk sektor elektronik dan alat listrik rumah tangga sebesar Rp 407 miliar," ujar Haryadi.

Haryadi menegaskan stimulus modal kerja penting untuk diberikan kepada seluruh sektor dunia usaha, bukan hanya industri manufaktur. Stimulus penting diberikan kepada seluruh lini produksi dan penjualan. "Hal ini karena produk manufaktur tidak bisa dikomersialkan tanpa ada penjualan," tambah Haryadi.

Apindo meminta stimulus modal kerja diberikan untuk jangka waktu selama satu tahun. Ditambah dengan subsidi bunga yang menyesuaikan suku bunga BI sebesar 4,5%. Apindo juga meminta pemerintah memberikan penurunan tarif listrik dan gas. Ditambah relaksasi pembayaran listrik dan gas 90 hari atau 3 bulan setelah jatuh tempo. Sementara pembayaran listrik sesuai penggunaan tanpa beban minimal. Apindo juga meminta pemerintah memberikan penangguhan pembayaran PPN selama 90 hari. "Ditambah percepatan waktu restitusi perpajakan," tutup Haryadi.

Denyut Bisnis Bergerak Cepat

Setelah denyut bisnis mulai menggeliat pasca Lebaran 2020, saat ini pebisnis mulai memetakan strategi pemulihan cepat (fast recovery strategy), menurut analisis tim Duniaindustri.com. Pandemi Covid-19 yang telah membawa perubahan mendasar dalam iklim bisnis sehingga mengantarkan perekonomian di Indonesia hingga ke titik terendah di kuartal II 2020 bakal mulai bergeser. Pelaku bisnis dan industriawan mulai mencari strategi terbaik untuk pemulihan geliat bisnis secara cepat.

Rantai pasok industri serta jaringan distribusi, ditambah aliran modal kerja serta penetrasi pasar secara tepat, menjadi kunci keberhasilan fast recovery strategy. Kondisi ini akan menghasilkan efek domino yang mampu menggerakkan kembali roda ekonomi, dan memberikan sentiment positif ke sektor finansial terutama perbankan, asuransi, dan lainnya. Tantangan kebutuhan modal kerja baru bagi para pebisnis mesti ditangkap sebagai peluang pasar (market demand) bagi pebisnis di sektor finansial.

Sementara di sektor manufaktur dan perdagangan, persaingan jaringan distribusi dan strategi penetrasi pasar menjadi penentu keberhasilan fast recovery strategy. Tim Duniaindustri.com melihat ada potensi peningkatan demand di masyarakat secara signifikan dalam kurun waktu dekat seiring masa transisi pelonggaran dampak pandemi Covid-19. Hal ini bisa menjadi modal utama untuk memulai kinerja operasi secara optimal di semester II 2020.

Kondisi tersebut juga diperkuat dengan proyeksi bahwa perekonomian nasional telah melewati titik terendah di kuartal II 2020, dengan pertumbuhan yang nyaris stagnan. Duniaindustri.com sebelumnya mengomentari proyeksi dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang menyebutkan bahwa perekonomian nasional di kuartal II diproyeksi hanya mampu tumbuh mendekati 1% atau nyaris stagnan. Berbagai akumulasi kondisi mulai dari physical distancing, work from home, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ikut menggerus laju perekonomian nasional di kuartal II 2020, menurut analisis tim Duniaindustri.com.

Meski demikian, kondisi iklim bisnis usai Lebaran 2020 akan perlahan mulai menggeliat seiring kembali produktifnya sejumlah sektor industri. Itu berarti kondisi perlambatan ekonomi nasional yang menyentuh titik terendah di kuartal II 2020 akan segera terlewati.(*/tim redaksi 06 & 09/Safarudin/Indra)

Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efisiensi Operasional, KIA Ceramics Tutup Satu Pabrik di Cileungsi

Dominasi Wings, Unilever, Kao di Industri Deterjen

Database 15.000 Perusahaan Industri di Indonesia, Hasil Big Data