Titik Terlemah Ekonomi di Kuartal II 2020 Terlewati, Bagaimana Strategi Ke Depan?

Pandemi Covid-19 yang telah membawa perubahan mendasar dalam iklim bisnis di Indonesia diprediksi melemahkan perekonomian nasional hingga titik terendah di kuartal II 2020. Bahkan, perekonomian nasional diprediksi hanya tumbuh mendekati 1% pada kuartal II 2020. Itu berarti, titik terendah perlambatan ekonomi telah terlewati.

Duniaindustri.com mengomentari proyeksi dari Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang menyebutkan bahwa perekonomian nasional di kuartal II diproyeksi hanya mampu tumbuh mendekati 1% atau nyaris stagnan. Berbagai akumulasi kondisi mulai dari physical distancing, work from home, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ikut menggerus laju perekonomian nasional di kuartal II 2020, menurut analisis tim Duniaindustri.com.

Meski demikian, kondisi iklim bisnis usai Lebaran 2020 akan perlahan mulai menggeliat seiring kembali produktifnya sejumlah sektor industri. Itu berarti kondisi perlambatan ekonomi nasional yang menyentuh titik terendah di kuartal II 2020 akan segera terlewati.

Menkeu Sri Mulyani telah membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 yang diprediksi lebih rendah daripada realisasi kuartal I tahun ini. Bahkan, dia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi periode April-Juni 2020 hanya akan mendekati 1%.

"Kalau melihat dari sisi kuartal I 2020, kemungkinan kuartal II 2020 akan lebih berat. Kami melihat pertumbuhan ekonomi akan masuk dalam skenario yang lebih rendah dari skenario berat. Artinya, bisa lebih rendah dari 2,3%, mendekati 1%," katanya dalam video conference di Jakarta, Rabu (3/6).

Meski demikian, Sri Mulyani menggarisbawahi bahwa pertumbuhan ekonomi nasional tidak akan minus atau negatif seperti yang terjadi di banyak negara akibat dampak pandemi Covid-19. Menkeu masih tetap optimistis program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang sedang dilakukan oleh pemerintah bisa mendongkrak roda perekonomian domestik. Ini memunculkan harapan ekonomi dalam negeri tidak akan anjlok. Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp677,2 triliun untuk penanganan penyebaran virus corona di Indonesia. Sebagian besar dana atau sebesar Rp589,65 triliun akan digunakan untuk program pemulihan ekonomi nasional.

Duniaindustri.com juga mencatat sejumlah sentiment positif yang masih mampu menggerakkan perekonomian nasional meliputi diterbitkannya izin operasional 17.109 industri saat pandemi Covid-19, likuiditas perekonomian yang masih tumbuh positif, serta tumpuan geliat UMKM yang menjadi pondasi utama sektor produktif Indonesia.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) melaporkan likuiditas perekonomian atau jumlah uang beredar dalam arti luas mencapai Rp6.238,3 triliun pada April 2020. Jumlah ini tumbuh 8,6% secara tahunan, namun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 12,1%.

Direktur Eksekutif BI Onny Widjanarko menerangkan pertumbuhan uang beredar lebih rendah, karena ada kontraksi pada operasi keuangan pemerintah. Tercatat, pertumbuhan uang beredar dari pemerintah pusat hanya 1,7%. "Tagihan bersih kepada pemerintah pusat melambat dari 14,5 persen pada Maret 2020 menjadi 1,7 persen pada April 2020," imbuh Onny dalam keterangan tertulis.
Selain itu, pertumbuhan uang beredar juga melambat karena seretnya penyaluran kredit dari perbankan. Tercatat, penyaluran kredit bank sekitar 4,9 persen pada April dari sebelumnya 7,2 persen pada Maret 2020.

Kendati begitu, aktiva luar negeri bersih tumbuh mencapai 15,8 persen pada April 2020. Pertumbuhannya lebih tinggi dari bulan sebelumnya sekitar 13,9 persen.  "Sehingga menahan perlambatan uang beredar," imbuhnya.(*/)

Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Efisiensi Operasional, KIA Ceramics Tutup Satu Pabrik di Cileungsi

Dominasi Wings, Unilever, Kao di Industri Deterjen

Database 15.000 Perusahaan Industri di Indonesia, Hasil Big Data