Survei Ungkap Sentimen Positif, Ekspektasi Penjualan Naik di Oktober 2020
Seiring geliat iklim usaha yang mulai bergerak cepat pasca pembatasan akibat pandemi Covid-19, ekspektasi penjualan juga diprediksi berangsur-angsur meningkat. Hal itu terlihat dari hasil survei penjualan eceran (SPE) yang dilakukan Bank Indonesia, dimana penjualan eceran akan meningkat pada 6 bulan mendatang yakni Oktober 2020.
Hasil survei penjualan eceran yang dirilis oleh Bank Indonesia pada Selasa (16/6) menyebutkan bahwa pada April 2020 penjualan eceran cenderung menurun. Hal ini tercermin dari indeks penjualan riil (IPR) April 2020 yang turun sebesar -16,9% (yoy), lebih dalam dibandingkan -4,5% (yoy) pada Maret 2020. Penurunan penjualan tersebut bersumber dari kontraksi penjualan di seluruh kelompok komoditas yang dipantau. Penurunan penjualan terdalam dialami oleh subkelompok sandang dan kelompok barang budaya dan rekreasi.
Pada bulan Mei 2020, penjualan eceran diperkirakan masih akan mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari prakiraan pertumbuhan IPR Mei 2020 sebesar -22,9% (yoy), disebabkan kontraksi yang terjadi pada seluruh kelompok komoditas yang disurvei. Kontraksi terdalam terjadi pada subkelompok sandang sebesar -77,8% (yoy), lebih dalam dari -70,9% (yoy) pada April 2020. “Masih diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah yang berdampak terhadap menurunnya permintaan menjadi penyebab pertumbuhan penjualan eceran masih terus berkontraksi,” tulis laporan BI tersebut.
Pada April 2020, penurunan kinerja penjualan eceran terjadi pada hampir seluruh kota yang disurvei. Penurunan penjualan eceran yang cukup dalam terjadi di Jakarta (-46,7%, yoy), Banjarmasin (-36,6%, yoy), dan Denpasar (-31,8%, yoy). Tren penurunan penjualan diprakirakan masih berlanjut hingga Mei 2020 dengan prakiraan kontraksi penjualan di Kota Jakarta, Semarang, Bandung, Makassar, Manado, dan Denpasar yang semakin dalam.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Juli 2020) diperkirakan meningkat. Tekanan harga tersebut tercermin dari indeks ekspektasi harga umum (IEH) 3 bulan mendatang (Juli 2020) sebesar 162,6, lebih tinggi dibandingkan 160,7 pada Juni 2020, seiring dengan prakiraan permintaan yang meningkat pada perayaan Idhul Adha. Sementara itu, tekanan harga 6 bulan mendatang (Oktober 2020) diprakirakan menurun dengan IEH sebesar 146,4, lebih rendah dari 153 pada September 2020.
Responden memperkirakan penjualan eceran masih akan menurun pada 3 bulan mendatang (Juli 2020), namun meningkat pada 6 bulan mendatang (Oktober 2020). Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) 3 bulan yaitu periode Juli 2020 sebesar 119,1, lebih rendah dibandingkan 130,4 pada bulan sebelumnya, yang diprakirakan disebabkan oleh masih terbatasnya permintaan akibat pandemi Covid-19. Di sisi lain penjualan eceran pada 6 bulan mendatang (Oktober 2020) diperkirakan meningkat dengan indeks 146,3 lebih tinggi dibandingkan 145,5 pada bulan sebelumnya, seiring aktivitas perekonomian yang diperkirakan mulai pulih sejalan dengan rencana penerapan new normal.
Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Juli 2020) meningkat, namun menurun pada 6 bulan mendatang (Oktober 2020). Indikasi tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang (Juli 2020) sebesar 162,6 lebih tinggi dibandingkan 160,7 pada Juni 2020 yang diprakirakan dipengaruhi oleh momen hari Idul Adha tahun ini. Sementara itu, tekanan harga 6 bulan yang akan datang (Oktober 2020) diprakirakan menurun dengan IEH sebesar 146,4 lebih rendah daripada 153,0 pada September 2020 sejalan dengan upaya responden menjaga harga jual untuk mempertahankan daya beli.
Survei penjualan eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia merupakan survei bulanan yang dilaksanakan sejak September 1999 dan bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDB dari sisi konsumsi. Sejak Januari 2015, survei dilakukan terhadap sekitar 700 pengecer sebagai responden dengan metode purposive sampling di 10 kota, yakni Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Purwokerto, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Denpasar. Indeks penjualan riil (IPR) dihitung dengan menggunakan bobot komoditas berdasar tabel input dan output, dan bobot kota berdasar pangsa konsumsi rumah tangga, produk domestik regional bruto (PDRB), terhadap konsumsi rumah tangga dan PDB. Responden bersifat panel dan dikelompokkan berdasarkan 7 klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009.(*/)
Sumber: klik di sini
Hasil survei penjualan eceran yang dirilis oleh Bank Indonesia pada Selasa (16/6) menyebutkan bahwa pada April 2020 penjualan eceran cenderung menurun. Hal ini tercermin dari indeks penjualan riil (IPR) April 2020 yang turun sebesar -16,9% (yoy), lebih dalam dibandingkan -4,5% (yoy) pada Maret 2020. Penurunan penjualan tersebut bersumber dari kontraksi penjualan di seluruh kelompok komoditas yang dipantau. Penurunan penjualan terdalam dialami oleh subkelompok sandang dan kelompok barang budaya dan rekreasi.
Pada bulan Mei 2020, penjualan eceran diperkirakan masih akan mengalami penurunan. Hal ini tercermin dari prakiraan pertumbuhan IPR Mei 2020 sebesar -22,9% (yoy), disebabkan kontraksi yang terjadi pada seluruh kelompok komoditas yang disurvei. Kontraksi terdalam terjadi pada subkelompok sandang sebesar -77,8% (yoy), lebih dalam dari -70,9% (yoy) pada April 2020. “Masih diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah yang berdampak terhadap menurunnya permintaan menjadi penyebab pertumbuhan penjualan eceran masih terus berkontraksi,” tulis laporan BI tersebut.
Pada April 2020, penurunan kinerja penjualan eceran terjadi pada hampir seluruh kota yang disurvei. Penurunan penjualan eceran yang cukup dalam terjadi di Jakarta (-46,7%, yoy), Banjarmasin (-36,6%, yoy), dan Denpasar (-31,8%, yoy). Tren penurunan penjualan diprakirakan masih berlanjut hingga Mei 2020 dengan prakiraan kontraksi penjualan di Kota Jakarta, Semarang, Bandung, Makassar, Manado, dan Denpasar yang semakin dalam.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Juli 2020) diperkirakan meningkat. Tekanan harga tersebut tercermin dari indeks ekspektasi harga umum (IEH) 3 bulan mendatang (Juli 2020) sebesar 162,6, lebih tinggi dibandingkan 160,7 pada Juni 2020, seiring dengan prakiraan permintaan yang meningkat pada perayaan Idhul Adha. Sementara itu, tekanan harga 6 bulan mendatang (Oktober 2020) diprakirakan menurun dengan IEH sebesar 146,4, lebih rendah dari 153 pada September 2020.
Responden memperkirakan penjualan eceran masih akan menurun pada 3 bulan mendatang (Juli 2020), namun meningkat pada 6 bulan mendatang (Oktober 2020). Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) 3 bulan yaitu periode Juli 2020 sebesar 119,1, lebih rendah dibandingkan 130,4 pada bulan sebelumnya, yang diprakirakan disebabkan oleh masih terbatasnya permintaan akibat pandemi Covid-19. Di sisi lain penjualan eceran pada 6 bulan mendatang (Oktober 2020) diperkirakan meningkat dengan indeks 146,3 lebih tinggi dibandingkan 145,5 pada bulan sebelumnya, seiring aktivitas perekonomian yang diperkirakan mulai pulih sejalan dengan rencana penerapan new normal.
Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Juli 2020) meningkat, namun menurun pada 6 bulan mendatang (Oktober 2020). Indikasi tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang (Juli 2020) sebesar 162,6 lebih tinggi dibandingkan 160,7 pada Juni 2020 yang diprakirakan dipengaruhi oleh momen hari Idul Adha tahun ini. Sementara itu, tekanan harga 6 bulan yang akan datang (Oktober 2020) diprakirakan menurun dengan IEH sebesar 146,4 lebih rendah daripada 153,0 pada September 2020 sejalan dengan upaya responden menjaga harga jual untuk mempertahankan daya beli.
Survei penjualan eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia merupakan survei bulanan yang dilaksanakan sejak September 1999 dan bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan PDB dari sisi konsumsi. Sejak Januari 2015, survei dilakukan terhadap sekitar 700 pengecer sebagai responden dengan metode purposive sampling di 10 kota, yakni Jakarta, Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Purwokerto, Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Denpasar. Indeks penjualan riil (IPR) dihitung dengan menggunakan bobot komoditas berdasar tabel input dan output, dan bobot kota berdasar pangsa konsumsi rumah tangga, produk domestik regional bruto (PDRB), terhadap konsumsi rumah tangga dan PDB. Responden bersifat panel dan dikelompokkan berdasarkan 7 klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009.(*/)
Sumber: klik di sini
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 185 database, klik di sini
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini
Database Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 185 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Komentar
Posting Komentar